Senin, 06 November 2017

Kena 'Sapu Bersih Korupsi' Saudi, Pangeran Alwaleed Pemodal Top di Barat


Kena Sapu Bersih Korupsi Saudi, Pangeran Alwaleed Pemodal Top di Barat
Pangeran Alwaleed bin Talal, keponakan Raja Salman dan bos perusahaan investasi Kingdom Holding, termasuk di antara 11 pangeran Arab Saudi yang ditahan terkait penyelidikan korupsi. Foto/REUTERS/Fahad Shadeed


RIYADH - Pangeran Alwaleed bin Talal, salah satu orang terkaya di dunia, ditangkap dalam aksi “sapu bersih korupsi” lembaga anti-korupsi yang dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Dia adalah miliarder dan pemilik saham berbagai perusahaan top di Barat termasuk Apple, Twitter dan Citigroup.

Cucu raja pertama Saudi ini tercatat sebagai orang terkaya ke-45 di dunia versi Forbes pada 2017. Indeks Billionaires Bloomberg menempatkannya di posisi ke-50 dalam kategori yang sama. Nilai aset pangeran Saudi ini mencapai antara USD18 miliar hingga USD19 miliar.

Alwaleed bin Talal termasuk di antara 11 pangeran Saudi yang ditangkap oleh sebuah komite anti-korupsi yang baru dibentuk beberapa jam atas perintah Raja Salman bin Abdulaziz al- Saud.

Miliarder Saudi ini adalah pendiri, CEO dan hampir satu-satunya pemilik perusahaan investasi Kingdom Holding, yang memiliki kapitalisasi pasar lebih dari USD12 miliar. Aktivitas investasinya telah menyebabkannya dijuluki ”Arab Warren Buffett” karena memiliki saham di beberapa perusahaan besar di Barat.



Kini, Alwaleed bin Talal memegang saham utama di perusahaan AS seperti Citigroup, Apple dan Twitter. Perusahaannya juga merupakan ”investor penting” di Rupert Murdoch's News Corporation sejak 1997.

Investasi sang pangeran mencakup beberapa rantai hotel mewah seperti Four Seasons Hotel George V di Paris, Savoy di London dan Plaza di New York. Selain itu, dia dikenal berbisnis dengan pebisnis barat terkemuka seperti Bill Gates, Rupert Murdoch dan Michael Bloomberg.

Foto/REUTERS


Dia menerima pendidikan Barat. Dia meraih gelar sarjana dalam bidang administrasi bisnis dari Menlo College di California. Pangeran ini juga sering terlihat dengan politisi top Barat dan eksekutif Wall Street, termasuk Lloyd C. Blankfein, chairman dan CEO Goldman Sachs, dan para bangsawan Inggris.

Dia juga menorehkan citra di media barat sebagai sosok yang luar biasa untuk seorang warga negara Arab Saudi dan secara virtual menjadi wajah “keuangan” Kerajaan Saudi di Barat karena sering memberikan wawancara ke berbagai media. Baru-baru ini, dia berbicara dengan  Squawk Box dari CNBC dan mengungkapkan keraguan seriusnya tentang masa depan Bitcoin cryptocurrency.


Alwaleed pernah jadi sorotan media ketika berseteru dengan Donald Trump saat kampenye pemilihan presiden AS 2016. Selama kampanye pemilihan Trump, miliarder Saudi ini kerap membongkar “aib” Trump terkait bisnis sosok yang kini jadi orang nomor satu Amerika tersebut.

Alwaleed pernah meminta Trump untuk mundur dari pemilihan presiden AS dan sempat memprediksi bahwa Trump tidak akan pernah menang. Namun, kemudian dia mengucapkan selamat kepada Trump setelah menang pemilu. 

Pada bulan Oktober 2017, dia memuji gaya pemerintahan Trump saat wawancara dengan CNBC. ”Presiden Trump memiliki cara pemerintahan sendiri,” katanya saat itu.

Alwaleed bin Talal, dipandang seperti “orang luar” di dalam elite penguasa kerajaan Muslim ultra-konservatif itu karena pandangan liberalnya dan advokasi terbukanya atas hak-hak perempuan.

Dia pernah menyewa seorang pilot wanita Saudi pertama untuk jetnya ketika tidak ada prospek wanita diizinkan menjadi pilot bahkan untuk menyetir mobil sekalipun. Pada saat yang sama, dia tidak pernah secara terbuka menentang elite penguasa Saudi.

Dia selama tidak memiliki perbedaan besar dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, sang pemimpin lembaga pemberantasan korupsi. Pada bulan Oktober, Alwaleed bin Talal secara terbuka mengumumkan dukungannya kepada Mohammed bin Salman.

Alasan penangkapan dan penahanannya masih tetap menjadi misteri. Meski sumber terkait menyebut, dia terkena tuduhan penyuapan hingga pencucian uang. Penahanannya sudah memicu reaksi dari pasar saham. Saham Holding Co turun 7,5 persen pada perdagangan Minggu.




Credit  sindonews.com


Al-Waleed, Pangeran Super Kaya di Tangan Komite Antikorupsi


Al-Waleed, Pangeran Super Kaya di Tangan Komite Antikorupsi 
Pangeran Al-Waleed bin Talal (Foto: REUTERS/Fahad Shadeed/File Photo)


Jakarta, CB -- Salah satu miliuner yang ditangkap oleh Komite Antikorupsi yang dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman adalah Pangeran Al-Waleed bin Talal. Sosok ini tak lain adalah sepupu sang Putra Mahkota dan merupakan sosok yang kontroversial dan bergelimang harta.

Termasuk salah satu pria terkaya sedunia, Al-Waleed yang berusia 62 tahun itu, adalah cucu dari dua tokoh penting dalam sejarah Arab, yaitu Raja Abdulaziz Al-Saud sang peletak Arab Saudi modern, dan Riad al-Solh, Perdana Menteri pertama Libanon.

Pangeran Al-Waleed terjun ke dunia bisnis pada akhir 1980-an, dan membangun kerajaan bisnisnya yang terdiri dari sejumlah bank, hotel-hotel mewah, dan kepemilikan media.


Beberapa dekade kemudian, pangeran ini menjadi salah seorang investor terkenal dunia, dan termasuk pengkritik keras Presiden AS Donald Trump.

Pada 2015, saat Trump berkampanye menuju kursi presiden, Pangeran Al-Waleed mengejek Trump melalui akun Twitter-nya dan menyebutnya “Aib untuk Amerika” serta mendesaknya mundur.

Menanggapi hal itu, Trump melalui akun Twitternya, mengejek Al-Waleed sebagai “Pangeran bodoh”. Trump sendiri adalah sekutu dekat Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.

Mereka ini punya kesamaan pandangan, khususnya sama-sama mendukung pemberian hak kepada kaum perempuan Arab Saudi untuk menyetir. Tapi hawa persaingan mereka juga tercium dalam lingkaran kerajaan.

Penangkapan Al-Waleed menjadi guncangan atas sejumlah perusahaan yang dimodalinya. The Kingdom Holding Company, di mana Al-Waleed memegang saham 95 persen, adalah pemilik The Savoy di London, Fairmont Plaza, dan hotel George V yang terkenal di Paris.



Al-Waleed juga punya saham di Lyft, Twitter, News Corp, Euro Disney, dan 21st Century Fox. Dia juga termasuk filantropis yang mendonasikan jutaan dolar untuk kegiatan amal.

Majalah Forbes memperkirakan nilai kekayaan Al-Waleed mencapai US$18,7 miliar, menempatkannya dalam posisi 45 orang terkaya sedunia tahun ini. Dia sendiri sudah masuk ke daftar itu sejak 1988, setahun setelah daftar tahunan itu pertama kali dirilis oleh Forbes. Dan kabarnya, menurut Forbes, sang pangeran flamboyan itu sendirilah yang mengontak media itu.

Setelah penangkapan itu, harga saham Kingdom Holding turun 7,6 persen pada penutupan pasar di Bursa Saham Arab Saudi, Minggu (5/11).

Al-Waleed adalah satu dari 11 pangeran, empat menteri yang tengah menjabat, dan puluhan mantan menteri, yang ditangkap setelah Pangeran Mohammed bin Salman dan Komite Antikorupsi membuka file mengenai banjir di Jeddah pada 2009 dan menginvestigasi isu virus korona (MERS - Middle East Respiratory Syndrome).

Seperti dilansir Reuters, sebagian tokoh ditahan di hotel Ritz-Carlton di Riyadh. Gerbang hotel ini ditutup pada Minggu (5/11) pagi dan penjaga meminta wartawan Reuters pergi dengan alasan hotel itu ditutup untuk alasan keamanan. Mobil-mobil pribadi dan ambulans tampak memasuki hotel itu.

Penangkapan ini kelanjutan dari penangkapan terhadap mereka yang berseberangan dengan penguasa Arab Saudi, pada September. Saat itu ditangkap 30 imam, cendekiawan, dan aktivis.



Credit  cnnindonesia.com