Ilustrasi ISIS. (AFP PHOTO/AHMAD AL-RUBAYE)
"ISIS sepenuhnya kembali menguasai Albu Kamal. Pasukan rezim Suriah dan milisi sekutu saat ini berada antara satus ampai dua kilometer dari perbatasan kota," papar Kepala Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdel Rahman.
"Perebutan terjadi setelah penyergapan dan serangan bom seperti bom mobil," tuturnya lebih detail, seperti dikutip AFP.
Terletak di perbatasan dengan Irak di tepi Sungai Efrat, Albu Kamal merupakan benteng pertahanan terakhir ISIS di Suriah setelah Raqqa.
Kota itu terletak di jantung wilayah kekuasaan ISIS di antara Irak dan Suriah yang sempat dideklarasikan pemimpinnya, Abu Bakr al-Baghdadi, pada 2014 lalu.
Setelah berminggu-minggu meluncurkan gempuran, pasukan Suriah dibantu oleh sekutu, seperti Hizbullah mengklaim berhasil menaklukkan kekhalifahan ISIS dengan merebut Albu Kamal sekitar pekan lalu.
Namun, belakangan kelompok teroris itu terus menggencarkan serangan balasan terhadap pasukan Presiden Bashar al-Assad dan kembali mengontrol wilayah itu.
Organisasi pemerhati HAM berbasis di Inggris itu pun mengatakan perlawanan ISIS di Albu Kamal tersebut merupakan penyergapan terbesar sejauh ini.
"Mereka [ISIS] menipu pasukan Suriah agar berpikir bahwa mereka telah mengendalikan kota," kata Abdel Rahman.
Sejumlah pengamat mengatakan, walaupun Albu Kamal bebas dari ISIS, bukan berarti kelompok militan itu kehilangan seluruh kekuatannya di Timur Tengah.
Beberapa analis menganggap ISIS masih dapat memerintahkan anggotanya untuk melakukan serangan di berbagai negara lain di luar kawasan.
Credit cnnindonesia.com