Rabu, 08 November 2017

Ini Klarifikasi Iran Soal Rudal Mengarah ke Riyadh


Gerilyawan Houthi (ilustrasi)
Gerilyawan Houthi (ilustrasi)


CB, TEHERAN -- Iran membantah telah terlibat dalam serangan sebuah rudal ke Kota Riyadh, Arab Saudi, pada Sabtu (4/11) malam. Rudal tersebut berhasil digagalkan sebelumnya sampai ke target.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin (6/11), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qassemi mengatakan tuduhan itu sangat jahat dan provokatif. Tembakan rudal tersebut telah diklaim dilakukan oleh kelompok Houthi dari arah Yaman.
"Orang-orang Saudi, yang telah gagal mencapai tujuan jahat mereka selama agresi militer jangka panjang di Yaman, membuat lebih banyak masalah dengan serangan psikologis, yaitu membuat tuduhan tanpa dasar dan benar-benar palsu," ujar Qassemi.
Sebelumnya koalisi pimpinan Arab Saudi, yang memerangi pemberontak Houthi di Yaman menuding Iran terlibat dalam upaya serangan ke Riyadh.
 Ia kemudian menyerukan perundingan antara faksi-faksi Yaman yang bersaing untuk mengakhiri konflik. Komentar Qassemi disampaikan tak lama setelah Arab Saudi menyatakan mengutuk agresi militer milisi Houthi yang didukung Iran dan mengklaim memiliki bukti keterlibatan Iran dalam serangan rudal tersebut.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif juga menolak tuduhan Arab Saudi itu. Dia bahkan mengatakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump adalah penyebab ketegangan regional baru-baru ini di Timur Tengah. "Riyadh terlibat dalam perang agresi, intimidasi regional, perilaku yang tidak stabil, dan provokasi yang berisiko," ungkap Zarif, dikutip Aljazirah.
Seorang pejabat Arab Saudi menyebut serangan itu berpotensi menjadi perang. "Peran Iran dan komando langsungnya terhadap Houthi dalam hal ini merupakan tindakan agresi yang jelas," ujar dia, yang berbicara secara anonim.
Arab Saudi mengatakan akan menutup semua pintu masuk darat, udara, dan laut ke Yaman, saat melakukan penyelidikan mengenai bagaimana rudal tersebut bisa diselundupkan ke pemberontak Houthi.
Arab Saudi memasuki konflik Yaman pada 2015, setelah pemberontak Houthi mengambil alih ibu kota Sanaa dan memaksa Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi melarikan diri.
Bersama koalisi negara-negara Arab lainnya dan dengan dukungan logistik dari AS, Arab Saudi berhasil mendorong Houthi dari kota pelabuhan Aden, namun gagal mengusir mereka dari Sanaa. Riyadh telah lama menyalahkan Iran karena diduga mempersenjatai Houthi.





Credit  REPUBLIKA.CO.ID

Saudi Tuduh Iran Perintahkan Houthi Kirim Rudal ke Riyadh


Bandara Internasional Riyadh
Bandara Internasional Riyadh


CB, RIYADH -- Arab Saudi menuduh Iran sebagai pihak yang bertanggung jawab atas peluncuran rudal balistik di Yaman yang menargetkan Bandara Riyadh pada Sabtu (5/11). Saudi memperingatkan peluncuran rudal bisa dianggap sebagai tindakan perang. 

Saudi menyalahkan Iran atas serangan rudal yang menargetkan bandara Riyadh.  Mereka mengklaim hal itu tidak akan terjadi jika Iran tidak mendukung pemberontak Houthi di Yaman.

"Peran Iran dan komando langsungnya terhadap Houthi jelas merupakan tindakan agresi yang menargetkan negara-negara tetangga. Sikap Iran ini mengancam perdamaian dan keamanan di wilayah dan secara global," kata Saudi dalam pernyataannya seperti dilansir RT, Senin, (6/11).

Tindakan terang-terangan atas agresi militer oleh rezim Iran, kata pejabat Saudi itu, dapat dianggap sebagai tindakan perang melawan Kerajaan Arab Saudi. Koalisi pimpinan Saudi segera menutup semua perbatasan dengan Yaman, dari laut, udara, darat.

Saudi mengatakan, pihaknya berhak untuk menanggapi Iran dalam waktu dan cara yang tepat. Koalisi militer yang dipimpin oleh Saudi memerangi pemberontak Syiah Houthi, yang menguasai Ibu Kota Yaman, Sanaa, pada awal 2015.

Saudi mendukung Presiden Yaman Abdrabbuh Mansur Hadi yang telah digulingkan. Pada Sabtu, sebuah rudal balistik diluncurkan dari wilayah Yaman, yang diduga menargetkan Bandara Internasional Khalid Raja dekat Ibu Kota Saudi, Riyadh.

Rudal itu dicegat dan mendarat di lapangan bandara namun  tidak menimbulkan kerusakan. juga, tidak ada penerbangan yang terganggu oleh serangan tersebut.

Pemberontak Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka mengatakan, rudal balistik Volcano-1 diproduksi di dalam negeri.

Arab Saudi bersikeras menuduh Iran memasok senjata tersebut ke Houthi sehingga memungkinkan serangan tersebut. Iran sebagai pendukung pemberontak Houthi membantah mempersenjatai mereka.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID


Iran Pasok Rudal untuk Houthi, AS Minta PBB Bertindak



Iran Pasok Rudal untuk Houthi, AS Minta PBB Bertindak
AS menyebut Iran memasok rudal Qiam kepada pemberontak Houthi Yaman. Foto/Istimewa



NEW YORK - Amerika Serikat (AS) menuduh Iran memasok rudal untuk pemberontak Houthi di Yaman yang ditembakkan ke Arab Saudi pada bulan Juli lalu. AS pun mendesak PBB untuk meminta pertanggungjawaban Teheran karena telah melanggar dua resolusi Dewan Keamanan PBB.

Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan bahwa informasi yang dikeluarkan oleh Arab Saudi menunjukkan rudal yang ditembakkan pada bulan Juli adalah rudal Qiam milik Iran. Haley menyebutnya sebagai sejenis senjata yang belum pernah ada di Yaman sebelum konflik.

Pasukan yang dipimpin Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, telah menargetkan Houthi yang bersekutu dengan Iran dalam sebuah perang yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang. Perang Yaman juga memicu bencana kemanusiaan di salah satu negara termiskin di kawasan itu.

Haley mengatakan bahwa dengan memberikan senjata ke Houthi, Garda Revolusi Iran telah melanggar dua resolusi PBB di Yaman dan Iran. Dia mengatakan sebuah rudal yang ditembak jatuh Arab Saudi pada hari Sabtu kemungkinan juga berasal dari Iran.



"Kami mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mitra internasional untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk meminta pertanggungjawaban rezim Iran atas pelanggaran ini," kata Haley seperti dilansir dari Reuters, Selasa (7/11/2017).

Pangeran mahkota Arab Saudi mengatakan bahwa pasokan roket Iran kepada milisi di Yaman adalah tindakan agresi militer langsung yang bisa menjadi tindakan perang, media pemerintah melaporkan pada hari Selasa. Pernyataan tersebut mencerminkan ketegangan yang meningkat tajam antara Riyadh dan Teheran.




Credit  sindonews.com



Arab Saudi Tuding Iran Lakukan Agresi Militer Langsung


Arab Saudi - Iran diminta Berdamai
Arab Saudi - Iran diminta Berdamai



CB, RIYADH -- Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menuding Iran telah melakukan sebuah tindakan agresi militer secara langsung. Tuduhan itu didasarkan dengan adanya pasokan rudal yang didapatkan oleh kelompok pemberontak di Yaman.
"Ini adalah apa yang bisa kami anggap sebagai tindakan perang terhadap negara ini," ujar Mohammed dalam percakapan dengan Menteri Luar Negeri Inggirs Boris Johnson, dilansir BBC News, Selasa (7/11) lalu.
Sebelumnya kelompok pemberontak di Yaman, yang dikenal sebagai Houthi dilaporkan telah menembakan rudal balistik Burkan H2 di Bandara Internasional King Khaled. Bandara ini terletak sekitar 850 kilometer dari perbatasan Yaman dan 11 kilometer dari arah timur laut Ibu Kota Riyadh.
Menyusul kejadian itu, putra mahkota Arab Saudi mengeluarkan kecaman terhadap Houthi dan Iran, yang dianggap sebagai negara utama pendukung kelompok tersebut. Human Rights Watch juga mengatakan bahwa pelucuran rudal di tempat yang didominasi warga sipil adalah kejahatan perang yang nyata.
Sementara itu, Iran membantah pernyataan Mohammed bahwa negara itu mendukung Houthi dengan memberikan persenjataan. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarid juga mengatakan bahwa Arab Saudi telah bertindak provokatif dengan menyampaikan tuduhan tak berdasar.
"Terlebih Arab Saudi melakukan pembicaraan dengan Inggris, di mana klaim palsu diucapkan dan ini sangat berbahaya karena kami sekalipun tidak melakukan kejahatan seperti yang dikatakan," ujar Zarif.





Credit  REPUBLIKA.CO.ID