Senin, 13 November 2017

Hariri Dilengserkan karena Menolak Hadapi Hizbullah


Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud menerima kunjungan mantan Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri di Riyadh pada Senin (6/11).
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud menerima kunjungan mantan Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri di Riyadh pada Senin (6/11).

CB, Saat Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mendarat di Arab Saudi pada Jumat, 3 November, telepon genggamnya langsung disita. Keesokan harinya Hariri terpaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh sebuah saluran TV milik Saudi.

Dilansir dari Aljazirah, Ahad (12/11), sumber yang dekat dengan Hariri mengatakan, Arab Saudi telah menyimpulkan Hariri harus mengundurkan diri karena dia tidak mau menghadapi Hizbullah.

Beberapa sumber Lebanon mengatakan Riyadh berharap bisa menggantikan Saad Hariri dengan kakaknya Bahaa sebagai politisi Sunni yang paling berkuasa di Lebanon. Bahaa diyakini berada di Arab Saudi, dan anggota keluarga Hariri telah diminta untuk pergi ke sana agar berjanji setia kepadanya, namun mereka menolaknya,.

Ketika pesawat Hariri mendarat di Riyadh, dia segera menyampaikan pesan bahwa ada yang tidak beres. "Tidak ada yang menunggunya di Bandara," kata seorang sumber Hariri kepada kantor berita Reuters

Arab Saudi telah menolak tuduhan bahwa mereka memaksa Hariri mengundurkan diri. Pejabat Saudi tidak dapat dihubungi untuk mengomentari pernyataan yang menyebutkan ponsel Hariri disita atau rencana kerajaan yang ingin mengganti Hariri dengan saudaranya.

Sejak pengunduran dirinya, Saad Hariri tidak memberikan sambutan publik dan tidak ada indikasi kapan dia dapat kembali ke Lebanon. Langkah pengunduran diri hariri telah menimbulkan ketegangan antara Arab Saudi dan Iran.

Persaingan mereka telah memicu konflik di Irak, Suriah dan Yaman. Saudi telah lama mencoba untuk melemahkan kelompok Hizbullah yang didukung Iran, kekuatan politik utama Lebanon dan bagian dari koalisi yang berkuasa.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID


Presiden Libanon Pertanyakan 'Penahanan' Hariri oleh Saudi



Presiden Libanon Pertanyakan Penahanan Hariri oleh Saudi
Presiden Lebanon Michel Aoun dilaporkan kembali mempertanyakan keputusan Arab Saudi yang dianggap menahan Perdana Menteri Libanon, Said Hariri. Foto/Reuters



BEIRUT - Presiden Lebanon  Michel Aoun dilaporkan kembali mempertanyakan keputusan Arab Saudi yang dianggap "menahan" Perdana Menteri Libanon, Said Hariri. Sejak mengatakan mengundurkan diri pada pekan lalu, Hariri tidak diperkenankan untuk kembali ke Libanon oleh otoritas Saudi.

"Libanon tidak menerima Perdana Menterinya berada dalam situasi yang bertentangan dengan perjanjian internasional," kata Aoun dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Minggu (12/11).

"Pernyataan, atau tindakan yang dilakukan oleh Hariri tidak mencerminkan kenyataan terkait dengan pertanyaannya mengenai statusnya, setelah menyatakan pengunduran diri dalam siaran televisi dari Saudi," sambungnya.

Sejumlah pejabat Libanon mengatakan, Aoun dan petinggi di Libanon percaya bahwa Riyadh menahan Hariri yang terbang ke Saudi pada 3 November lalu, untuk kembali ke rumah.

Kekhawatiran bahwa Saudi telah menahan Hariri bukan hanya disampaikan oleh pihak Libanon, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menyatakan kekhawatirkan yang sama. Menurut Macron, para pemimpin Libanon seharusnya bebas untuk bergerak, dan tidak menjadi tahanan sebuah negara.

Riyadh sendiri membantah telah menahan Hariri. Mereka mengatakan, Hariri bebas dan memutuskan untuk mengundurkan diri karena sekutu Iran di Libanon, Hizbullah, telah menyerukan "serangan" terhadap pemerintah yang dipimpin Hariri. 


Credit  sindonews.com