Ilustrasi militer Filipina. (Reuters/Ritchie B. Tongo)
Komandan militer regional Filipina, Letnan Jenderal Carlito Galvez, mengatakan ketiganya ditemukan di kepulauan Tawi-Tawi bersama satu jasad nelayan yang tewas akibat terjangkit penyakit selama penyanderaan.
"Dia [sandera yang meninggal] tewas saat pasukan militer menemukan para sandera," kata Galvez kepada AFP pada Minggu (12/11).
Para nelayan itu termasuk dari puluhan anak buah kapal (ABK) asing yang masih diculik Abu Sayyaf. Lima di antaranya merupakan ABK asal Indonesia.
Galez juga menuturkan seorang turis asal Belanda, Ewold Horn masih disandera kelompok itu sejak 2012.
Kelompok pimpinan Isnilon Hapnilon yang tewas dalam pertempuran Marawi itu telah lama menjadi ancaman keamanan bagi Filipina. Kelompok yang berbaiat kepada ISIS itu terbentuk sekitar 1990-an dengan sokongan dana dari jaringan Al Qaidah.
Abu Sayyaf dikenal karena aktivitas penyanderaan serta pembajakan kapal asing dengan tuntutan tebusan. Kelompok itu tak segan membunuh para sanderanya jika tebusan yang mereka minta tak dibayarkan.
Salah satunya yakni sandera Abu Sayyaf asal Jerman, Jurgen Kantner, 70, yang telah dieksekusi pada Februari lalu setelah tuntutan tebusan US$600 ribu mereka tak diberikan.
Pada 2016 lalu, Abu Sayyaf juga memenggal dua sandera yang berasal dari Kanada karena alasan yang sama.
Kelompok militan ini juga turut serta membantu pemberontak Maute menguasai Marawi selama lima bulan sejak akhir Mei lalu sebelum berhasil ditaklukkan oleh militer Filipina pada pertengahan Oktober.
Credit cnnindonesia.com