JUNEAU
- Negara bagian Alaska, Amerika Serikat (AS) didesak untuk
mempersiapkan diri dari serangan nuklir Korea Utara (Korut). Warga di
wilayah itu disarankan untuk menyimpan makanan darurat dan air.
Desakan ini disampaikan tim perencanaan penanganan bencana Alaska. Desakan muncul di tengah kekhawatiran bahwa hulu ledak nuklir Korut bisa mencapai penghuni di wilayah itu dalam 20 menit.
Jeremy Zidek, dari tim perencanaan tersebut, mendesak penduduk setempat untuk berlindung di tempat jika terjadi serangan terjadi. Menurutnya, berada di tempat terbuka lebih berisiko terkena ledakan.
Dia juga mendesak setiap keluarga untuk memiliki makanan darurat, air, senter dan radio.
Tapi, dia bersikeras bahwa Alaska tidak mungkin jadi target serangan nuklir. Menurutnya, fasilitas pertahanan di negara bagian AS itu dapat dipilih untuk melakukan serangan.
Alaska adalah rumah bagi Fort Greely, di mana AS memiliki roket pencegat yang dirancang untuk menghancurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) musuh.
”Kami memiliki sistem pertahanan rudal di sini,” kata Zidek. ”Kami memiliki rudal dan radar di sejumlah lokasi yang berbeda,” lanjut dia.
”Mungkin akan ada beberapa jenis serangan terhadap fasilitas militer tersebut untuk mencoba menghalangi kemampuan kita bereaksi terhadap peluncuran rudal manapun,” ujar Zidek, seperti dikutip dari Daily Mirror, Kamis (16/11/2017).
Zidek memperingatkan bahwa Alaska tidak lagi menyimpan tempat penampungan dari bahaya bom dan tidak akan ada tindakan baru untuk menangani secara spesifik terhadap ancaman nuklir.
“Mungkin ada pemberitahuan evakuasi yang diberlakukan, tapi apakah kita akan bisa mendapatkan waktu tunggu untuk menginstruksikan orang untuk benar-benar evakuasi ke sebuah wilayah?,” papar dia.
”Rekomendasi untuk orang-orang selama serangan nuklir adalah berlindung di tempat dan menemukan beberapa jenis lokasi aman yang akan melindungi mereka dari ledakan itu,” imbuh dia.
Desakan ini disampaikan tim perencanaan penanganan bencana Alaska. Desakan muncul di tengah kekhawatiran bahwa hulu ledak nuklir Korut bisa mencapai penghuni di wilayah itu dalam 20 menit.
Jeremy Zidek, dari tim perencanaan tersebut, mendesak penduduk setempat untuk berlindung di tempat jika terjadi serangan terjadi. Menurutnya, berada di tempat terbuka lebih berisiko terkena ledakan.
Dia juga mendesak setiap keluarga untuk memiliki makanan darurat, air, senter dan radio.
Tapi, dia bersikeras bahwa Alaska tidak mungkin jadi target serangan nuklir. Menurutnya, fasilitas pertahanan di negara bagian AS itu dapat dipilih untuk melakukan serangan.
Alaska adalah rumah bagi Fort Greely, di mana AS memiliki roket pencegat yang dirancang untuk menghancurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) musuh.
”Kami memiliki sistem pertahanan rudal di sini,” kata Zidek. ”Kami memiliki rudal dan radar di sejumlah lokasi yang berbeda,” lanjut dia.
”Mungkin akan ada beberapa jenis serangan terhadap fasilitas militer tersebut untuk mencoba menghalangi kemampuan kita bereaksi terhadap peluncuran rudal manapun,” ujar Zidek, seperti dikutip dari Daily Mirror, Kamis (16/11/2017).
Zidek memperingatkan bahwa Alaska tidak lagi menyimpan tempat penampungan dari bahaya bom dan tidak akan ada tindakan baru untuk menangani secara spesifik terhadap ancaman nuklir.
“Mungkin ada pemberitahuan evakuasi yang diberlakukan, tapi apakah kita akan bisa mendapatkan waktu tunggu untuk menginstruksikan orang untuk benar-benar evakuasi ke sebuah wilayah?,” papar dia.
”Rekomendasi untuk orang-orang selama serangan nuklir adalah berlindung di tempat dan menemukan beberapa jenis lokasi aman yang akan melindungi mereka dari ledakan itu,” imbuh dia.
”Jadi dengan evakuasi massal, orang meninggalkan rumah, sekolah dan bisnis mereka untuk mencoba keluar dari daerah tersebut, mungkin menempatkan lebih banyak orang pada risiko,” papar Zidek.
“Apa yang kami rekomendasikan untuk dilakukan orang adalah hal yang sama yang akan mereka lakukan untuk jenis kesiapan bencana lainnya. Yaitu: mintalah rencana darurat agar mereka bisa segera berhubungan dengan keluarganya, dan minta bantuan makanan, air dan pertolongan darurat.”
Credit sindonews.com