Rabu, 26 Juli 2017

Kisruh Al-Aqsa, PBB Beri Tenggat Waktu Hingga Jumat



Kisruh Al-Aqsa, PBB Beri Tenggat Waktu Hingga Jumat 
Kekisruhan Al-Aqsa telah mencapai Tepi Barat dan bisa melebar lebih jauh. (Reuters/Ibraheem Abu Mustafa)


Jakarta, CB -- Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Timur Tengah Nickolay Mladenov memperingatkan bahwa kekisruhan seputar masjid Al-Aqsa di Yerusalem mesti diselesaikan paling lambat Jumat pekan ini untuk mencegah permasalahan melebar secara internasional.

"Hal yang sangat penting adalah solusi untuk krisis ini mesti ditemukan paling lambat Jumat," kata Mladenov kepada wartawan setelah rapat Dewan Keamanan PBB yang digelar secara tertutup, Senin waktu setempat (24/7). "Bahaya di lapangan akan meningkat jika kita kembali melalui waktu salat Jumat tanpa resolusi."

Ia juga memperingatkan bahwa krisis ini bukan peristiwa yang hanya terjadi di satu lokasi saja.
"Krisis ini berpotensi berakibat bencana yang bisa melebar hingga ke luar tembok Kota Tua, melebihi Israel dan Palestina, melebihi Timur Tengah sendiri," kata Mladenov.

Israel memasang detektor logam di titik masuk menuju kompleks Masjid Al-Aqsa setelah dua polisi ditembak mati, 14 Juli lalu. Langkah ini memicu bentrokan berdarah dengan warga Palestina dalam sepekan terakhir.

Marah akan tindakan yang mereka pandang sebagai pelanggaran atas perjanjian berusia beberapa dekade, banyak warga Palestina tidak mau melalui detektor logam tersebut dan memilih beribadah di jalanan atau menggelar protes dengan kekerasan.

Dewan Keamanan PBB menggelar rapat tersebut atas permintaan Swedia, Perancis dan Mesir.
Wakil Duta Besar Swedia untuk PBB Carl Skau melalui Twitter menyatakan para anggota Dewan beranggota 15 negara itu "sepakat akan perlunya de-eskalasi, pengecaman atas kekerasan dan dialog urgen untuk menenangkan tensi di Yerusalem."

Dewan Keamanan dijadwalkan menggelar rapat reguler soal Timur Tengah, hari ini. Mladenov meminta negara-negara anggota untuk "tidak memanaskan situasi lebih jauh" ketika berbicara di hadapan publik.

Copot detektor logam

Sementara itu, Israel telah memutuskan untuk mencabut detektor logam yang memicu bentrokan itu dan menggantinya dengan bentuk pengawasan yang lebih tidak mengganggu.

Melalui pemungutan suara, kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan langkah tersebut setelah menggelar rapat yang berlangsung selama beberapa jam, semalam. Rapat tersebut adalah kelanjutan dari pertemuan yang digelar sehari sebelumnya. Pernyataan yang dikeluarkan setelah rapat menteri-menteri senior itu menyatakan mereka sepakat bertindak atas rekomendasi badan-badan keamanan dan mengganti detektor logam dengan cara "pengecekan pintar."

Sejumlah saksi mata Reuters menyebut para pekerja terlihat memasang tiang-tiang logam di atas beberapa jalanan sempit di Kota Tua untuk memasang kamera CCTV. Media setempat melaporkan bahwa Israel berencana untuk memasang sistem kamera canggih.

Pernyataan kabinet itu juga menyebut pemerintah sudah mengalokasikan 100 juta shekel (Rp373 milyar) untuk peralatan tersebut dan penambahan anggota kepolisian.


Credit  CNN Indonesia



Abbas tegaskan masjid Al-Aqsha agar kembali ke status quo


Abbas tegaskan masjid Al-Aqsha agar kembali ke status quo
Presiden Palestina Mahmoud Abbas (REUTERS/Debbie Hill)


Ramallah, Palestina (CB) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Selasa (25/7) menegaskan bahwa situasi di Masjid Al-Aqsha di Jerusalem Timur agar dikembalikan ke status quo sebelum 14 Juli 2017.

"Takkan ada perubahan dalam posisi Palestina," kata Abbas dalam pertemuan darurat di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, sebagaimana dikutip Xinhua, Rabu pagi.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh pejabat senior dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Partai Fatah dan unit keamanan Palestina, demikian laporan kantor berita resmi Palestina, WAFA.

"Semua tindakan yang dilakukan terhadap Masjid Al-Aqsha setelah 14 Juli mesti dibatalkan dan diakhiri," kata Abbas.

Ia menambahkan, "Situasi di Jerusalem harus kembali normal, lalu kami akan melanjutkan hubungan antara kami dan Israel."

Abbas menyatakan rakyat Jerusalem telah bangkit sebagai kesatuan untuk menolak semua tindakan yang dilakukan oleh penguasa Yahudi dan Palestina akan mendukung mereka.

"Apa yang telah kami putuskan ialah membekukan kerja sama keamanan (dengan Israel) dan ini masih sah, untuk membela kesucian kami juga masih sah. Kami ingin mempelajari apa yang terjadi dari hari itu sampai sekarang, untuk melihat apa yang bisa kami lakukan," ia menambahkan.

Pada 14 Juli, tiga pria Arab-Israel yang bersenjata menembak hinggga tewas dua polisi Israel, kemudian pasukan polisi balas-menembak pria bersenjata itu dan menewaskan mereka. Serangan tersebut terjadi di halaman Masjid Al-Aqsha.

Setelah serangan itu, penguasa Israel menutup masjid tersebut dan belakangan memasang pintu elektronik serta kamera di pintu masuk masjid itu.

Tindakan tersebut memancing protes oleh umat Muslim, yang menolak memasuki masjid itu melalui gerbang tersebut.





Credit  antaranews.com