JAKARTA
- Selain dinilai cocok untuk kondiri perairan Indonesia, produksi kapal
selam ini dirasa juga cocok untuk urusan harga. Seperti diberitakan
sebelumnya, tak lama lagi Indonesia akan memproduksi kapal selam mini.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) telah melakukan pemesanan pada galangan
kapal PT Palindo Marine Shipyard Batam selaku produsen.
Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskompublik) Kemhan Brigjen TNI Totok Sugiarto menuturkan, kapal selam midget dipilih karena Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga dibutuhkan kapal selam yang mampu bermanuver dengan baik, terutama di perairan dangkal.
Selain itu, juga terkait keterbatasan anggaran. "Harganya juga lebih terjangkau dan sesuai permintaan TNI AL sebagai user. Kalau kelas kilo, kan kelas besar dan lebih modern," kata dia.
Walaupun dibuat di Tanah Air, teknologi kapal selam tetap mengadopsi teknologi dari sejumlah negara. Secara diplomatis Totok menyebut Indonesia menggunakan banyak alutsista dari berbagai negara dengan teknologi yang berbeda-beda seperti Rusia, Korea Selatan, dan sebagainya. "Kemungkinan paling besar adopsi teknologi dari Korea," ujar Totok.
Dari pihak TNI AL, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Gig Jonias Mozes Sipasulta mengaku belum bisa memaparkan secara detail terkait rencana pembuatan kapal selama jenis itu. Namun, dia mengakui TNI AL membutuhkan sedikitnya 12 kapal selam untuk menjaga perairan Indonesia yang sangat luas.
"Bukan kapasitas saya menjawab karena semua yang belum ada itu merupakan kebijakan. Kan belum masuk ke jajaran TNI AL," ucap dia.
Keberadaan kapal selam ini saat ini digunakan sejumlah negara. Negara yang dikenal mengoperasikannya adalah Korea Utara dan Iran. Masing-masing diperkirakan memiliki 50 dan 19 kapal selam mini.
Walaupun kecil, keberadaannya cukup strategis karena mempunyai daya tangkal yang kuat. Pengamat angkatan laut Christopher Harmer menyebut Amerika Serikat (AS) menemui kesulitan besar untuk melacak kapal selam mini Iran.
Seperti dikutip Indomiliter. com, Harmer yang pernah menjabat sebagai direktur Future Operation untuk Armada Kelima Angkatan Laut AS di Bahrain 2008-2009 itu menjelaskan, kapal selam mini menjadi ancaman karena mampu dengan mudah bergerak di sepanjang Teluk Persia dan Laut Arab. Dengan kemampuan tersebut, kapal selam mini akan dengan mudah menjalankan misi penyergapan atau penyerangan mendadak.
Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskompublik) Kemhan Brigjen TNI Totok Sugiarto menuturkan, kapal selam midget dipilih karena Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga dibutuhkan kapal selam yang mampu bermanuver dengan baik, terutama di perairan dangkal.
Selain itu, juga terkait keterbatasan anggaran. "Harganya juga lebih terjangkau dan sesuai permintaan TNI AL sebagai user. Kalau kelas kilo, kan kelas besar dan lebih modern," kata dia.
Walaupun dibuat di Tanah Air, teknologi kapal selam tetap mengadopsi teknologi dari sejumlah negara. Secara diplomatis Totok menyebut Indonesia menggunakan banyak alutsista dari berbagai negara dengan teknologi yang berbeda-beda seperti Rusia, Korea Selatan, dan sebagainya. "Kemungkinan paling besar adopsi teknologi dari Korea," ujar Totok.
Dari pihak TNI AL, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Gig Jonias Mozes Sipasulta mengaku belum bisa memaparkan secara detail terkait rencana pembuatan kapal selama jenis itu. Namun, dia mengakui TNI AL membutuhkan sedikitnya 12 kapal selam untuk menjaga perairan Indonesia yang sangat luas.
"Bukan kapasitas saya menjawab karena semua yang belum ada itu merupakan kebijakan. Kan belum masuk ke jajaran TNI AL," ucap dia.
Keberadaan kapal selam ini saat ini digunakan sejumlah negara. Negara yang dikenal mengoperasikannya adalah Korea Utara dan Iran. Masing-masing diperkirakan memiliki 50 dan 19 kapal selam mini.
Walaupun kecil, keberadaannya cukup strategis karena mempunyai daya tangkal yang kuat. Pengamat angkatan laut Christopher Harmer menyebut Amerika Serikat (AS) menemui kesulitan besar untuk melacak kapal selam mini Iran.
Seperti dikutip Indomiliter. com, Harmer yang pernah menjabat sebagai direktur Future Operation untuk Armada Kelima Angkatan Laut AS di Bahrain 2008-2009 itu menjelaskan, kapal selam mini menjadi ancaman karena mampu dengan mudah bergerak di sepanjang Teluk Persia dan Laut Arab. Dengan kemampuan tersebut, kapal selam mini akan dengan mudah menjalankan misi penyergapan atau penyerangan mendadak.
Credit sindonews.com
Banyak Kalangan Sambut Baik Produksi Kapal Selam Mini
"TNI tidak memiliki kapal selam yang baik. Hanya tiga masih perbaikan di PT PAL di Surabaya," kata DPR Syaifullah Tamliha, anggota Komisi I DPR Syaifullah Tamliha.
Sementara itu pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati pun memberikan apresiasi terhadap produksi kapal selam ini. Ia juga mengingatkan TNI AL perlu pula membeli antikapal selam untuk menghadapi kapal selam lawan.
"Sistem antikapal selam juga kita butuhkan untuk menghadapi kapal selam lawan. Kapal selam yang kita miliki (Kelas 209) dan kapal selam yang akan kita beli (Kelas Kilo) kita gunakan untuk melawan kapal permukaan lawan dan peluncuran rudal strategik bawah air," tegas dia.
Saat ini Indonesia mengoperasikan dua kapal yakni KRI Cakra (401) dan KRI Nanggala (402). Keduanya merupakan kapal selam Type 209/1300 yang diproduksi Howaldtswerke, Kiel, Jerman pada 1981. Selain dua kapal selam tersebut, Indonesia juga telah membeli tiga kapal selam Changbogo dari Korea Selatan.
Dari dua kapal selam yang diproduksi di Negeri Ginseng tersebut, satu di antaranya segera dikirim ke Tanah Air dan satu lainnya diproduksi di galangan PT PAL dengan skema transfer of technology (ToT). Beberapa waktu lalu Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga mengungkapkan keinginannya mendapatkan kapal selam dari Rusia, Kilo Class.
Credit sindonews.com