Rabu, 26 Juli 2017

Didekati Kapal Iran, Kapal AS Letuskan 5 Tembakan Peringatan


Didekati Kapal Iran, Kapal AS Letuskan 5 Tembakan Peringatan
Kapal patroli AS letuskan tembakan peringatan terhadap kapal Iran di Teluk Persia. Foto/Ilustrasi/US Navy


WASHINGTON - Sebuah kapal patroli angkatan laut Amerika Serikat (AS) meletuskan lima tembakan peringatan dari senapan mesin berat terhadap kapal Iran di Teluk Persia, Selasa (25/7/2017).

Musababnya, kapal Iran mendekati kapal patroli AS dalam jarak 150 yard atau sekitar 137 meter dan mengabaikan peringatan lain yang dikirim melalui radio. Kejadian itu diungkap pejabat Pentagon, seperti dilansir Fox News.

Lima tembakan peringatan oleh kru kapal USS Thunderbolt ditembakkan ke air. Pentagon khawatir akan terjadi tabrakan jika tembakan peringatan tidak diletuskan.

“Kapal Iran tersebut telah mendekati hingga 150 yard (137 meter), namun tindakan provokatifnya dihentikan setelah tembakan peringatan tersebut,” kata pejabat Pentagon yang berbicara dalam kondisi anonim.

Kapal patroli AS itu memang beroperasi di area tersebut, yang digambarkan berada di perairan internasional di Teluk Arab utara, istilah yang dipakai Pentagon untuk Teluk Persia.

USS Thunderbolt adalah kapal patroli Cyclone-class yang beroperasi dari pangkalan Armada Kelima AS di Bahrain. Kapal ini memiliki awak empat petugas dan 24 pelaut.

Pejabat AS tidak menentukan ukuran atau jenis kapal Iran yang diberi tembakan peringatan. Pejabat itu hanya berspekulasi bahwa kapal tersebut kemungkinan dioperasikan oleh cabang angkatan laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).

Ketegangan antara kapal Iran dan AS bukan sekali ini terjadi di Teluk Persia. Pada bulan Januari 2016, kapal-kapal IRGC mencegat dan menangkap dua kapal cepat sewaan AS yang telah menyimpang ke perairan Iran di dekat Pulau Farsi.

Pada saat itu, sebanyak sembilan pelaut pria dan seorang pelaut wanita AS ditahan sebentar di Pulau Farsi. Kapal dan sepuluh kru kapal AS itu kemudian dilepaskan tanpa cedera setelah sekitar 15 jam ditahan. Pembebesan mereka dilaporkan merupakan hasil negosiasi pemerintah Barack Obama. 




Credit  sindonews.com