WASHINGTON
- Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson
menegaskan bahwa Washington tak akan pernah terima Korea Utara (Korut)
memiliki senjata nuklir. Dia menuduh Rusia dan China sebagai pendukung
ekonomi Pyongyang yang menyokong program senjata negara komunis itu.
Komentar Menlu Tillerson muncul tak lama setelah diktator muda Korut Kim Jong-un sesumbar bahwa senjata nuklirnya kini mampu menyerang kota-kota di daratan AS. Klaim Kim itu tak lepas dari keberhasilan uji tembak rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-14 pada Jumat malam lalu.
Tillerson mendesak dua pesaing utama AS, yakni China dan Rusia untuk meningkatkan upayanya dalam mengekang ancaman nuklir Pyongyang yang terus berkembang.
”Semua negara harus mengambil sikap publik yang kuat terhadap Korut dengan mempertahankan dan memperkuat sanksi PBB guna memastikan Korut akan menghadapi konsekuensi atas pengejaran senjata nuklir tanpa henti,” ujar Tillerson.
Dia tidak merinci bukti tuduhannya bahwa Rusia dan China menjadi pendukung ekonomi Pyongyang yang berkontribusi dalam pengembangan senjata nuklir Korut.
Tillerson mengatakan, AS tetap menginginkan sebuah resolusi damai untuk melakukan denuklirisasi semenanjung Korea.”Washington tidak akan pernah menerima Korut memiliki senjata nuklir,” katanya, seperti dikutip dari Fox News, Minggu (30/7/2017).
Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengutuk tindakan uji tembak rudal balistik terbaru Korut sebagai tindakan “sembrono dan berbahaya”. ”AS akan mengambil semua langkah penting untuk melindungi diri dan sekutunya,” kata Trump.
Komentar Menlu Tillerson muncul tak lama setelah diktator muda Korut Kim Jong-un sesumbar bahwa senjata nuklirnya kini mampu menyerang kota-kota di daratan AS. Klaim Kim itu tak lepas dari keberhasilan uji tembak rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-14 pada Jumat malam lalu.
Tillerson mendesak dua pesaing utama AS, yakni China dan Rusia untuk meningkatkan upayanya dalam mengekang ancaman nuklir Pyongyang yang terus berkembang.
”Semua negara harus mengambil sikap publik yang kuat terhadap Korut dengan mempertahankan dan memperkuat sanksi PBB guna memastikan Korut akan menghadapi konsekuensi atas pengejaran senjata nuklir tanpa henti,” ujar Tillerson.
Dia tidak merinci bukti tuduhannya bahwa Rusia dan China menjadi pendukung ekonomi Pyongyang yang berkontribusi dalam pengembangan senjata nuklir Korut.
Tillerson mengatakan, AS tetap menginginkan sebuah resolusi damai untuk melakukan denuklirisasi semenanjung Korea.”Washington tidak akan pernah menerima Korut memiliki senjata nuklir,” katanya, seperti dikutip dari Fox News, Minggu (30/7/2017).
Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengutuk tindakan uji tembak rudal balistik terbaru Korut sebagai tindakan “sembrono dan berbahaya”. ”AS akan mengambil semua langkah penting untuk melindungi diri dan sekutunya,” kata Trump.
Credit sindonews.com
Korut Tes Rudal, Jepang-AS Gelar Latihan Terbang Gabungan
TOKYO
- Menteri Pertahanan dan Luar Negeri Jepang mengatakan akan menggelar
latihan terbang gabungan dengan Amerika Serikat (AS). Latihan itu
sebagai tanggapan atas peluncuran rudal balistik antar benua yang
dilakukan oleh Korea Utara (Korut).
"Di bawah kondisi keamanan saat ini setelah peluncuran rudal Korut pada 28 Juli, kami secara signifikan meningkatkan pencegahan dan menangkal potensi aliansi Jepang-AS serta menunjukkan kesediaan dan kesiapan negara kami untuk menstabilkan situasi di kawasan ini," kata Fumio Kishida seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (30/7/2017).
Menurut menteri tersebut, dua pembom B-1 AS dan dua pesawat tempur F-2 Jepang akan ikut dalam latihan tersebut. Jet-jet tersebut terbang dari pulau Kyushu barat daya Jepang ke semenanjung Korea. Setelah mencapai semenanjung, pesawat-pesawat Jepang kembali ke negaranya sementara pesawat pembom AS akan melanjutkan perjalanan mereka bersama dengan mitranya, Korea Selatan (Korsel).
Pada hari Jumat, Korut melakukan uji coba kedua rudal balistik antar benua dalam rentang waktu kurang dari sebulan. Menurut kantor berita pusat Korut yang dikelola negara, KCNA, pengujian tersebut berhasil dilakukan. KCAN menyatakan rudal tersebut mencapai ketinggian 3.725 km dan menempuh jarak 998 kilometer selama sekitar 47 menit sebelum jatuh di Laut Jepang.
Setelah peluncuran rudal tersebut Presiden AS Donald Trump mengutuk tes uji coba yang dilakukan oleh Korut. Ia juga menyatakan akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mempertahankan keamanan nasionalnya. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mendesak semua negara untuk mendukung sanksi PBB yang lebih kuat terhadap Korut.
Pemerintah Jepang sendiri menganggap tes tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan meminta China dan Rusia untuk meningkatkan tekanan pada Pyongyang.
"Di bawah kondisi keamanan saat ini setelah peluncuran rudal Korut pada 28 Juli, kami secara signifikan meningkatkan pencegahan dan menangkal potensi aliansi Jepang-AS serta menunjukkan kesediaan dan kesiapan negara kami untuk menstabilkan situasi di kawasan ini," kata Fumio Kishida seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (30/7/2017).
Menurut menteri tersebut, dua pembom B-1 AS dan dua pesawat tempur F-2 Jepang akan ikut dalam latihan tersebut. Jet-jet tersebut terbang dari pulau Kyushu barat daya Jepang ke semenanjung Korea. Setelah mencapai semenanjung, pesawat-pesawat Jepang kembali ke negaranya sementara pesawat pembom AS akan melanjutkan perjalanan mereka bersama dengan mitranya, Korea Selatan (Korsel).
Pada hari Jumat, Korut melakukan uji coba kedua rudal balistik antar benua dalam rentang waktu kurang dari sebulan. Menurut kantor berita pusat Korut yang dikelola negara, KCNA, pengujian tersebut berhasil dilakukan. KCAN menyatakan rudal tersebut mencapai ketinggian 3.725 km dan menempuh jarak 998 kilometer selama sekitar 47 menit sebelum jatuh di Laut Jepang.
Setelah peluncuran rudal tersebut Presiden AS Donald Trump mengutuk tes uji coba yang dilakukan oleh Korut. Ia juga menyatakan akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mempertahankan keamanan nasionalnya. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mendesak semua negara untuk mendukung sanksi PBB yang lebih kuat terhadap Korut.
Pemerintah Jepang sendiri menganggap tes tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan meminta China dan Rusia untuk meningkatkan tekanan pada Pyongyang.
Credit sindonews.com