Raja Abdullah mendesak PM Israel
Benjamin Netanyahu mengadili petugas keamanan Kedubes Israel setelah
menembak dua warga Yordania. (dok. Reuters TV)
Jakarta, CB --
Raja Abdullah dari Yordania mendesak Perdana Menteri
Israel Benjamin Netanyahu mengadili petugas keamanan Kedutaan Besar
Israel di Amman, yang menembak mati dua warga Yordania. Selain itu, Raja
Abdullah juga mengatakan hubungan Israel-Yordania terancam akibat
insiden tersebut.
Di sisi lain, petugas keamanan yang identitasnya dirahasiakan itu telah dipulangkan ke Israel menggunakan kekebalan diplomatik.
Hal itu, sebut Raja Abdullah, merupakan “tindakan provokatif dan mengesalkan yang memicu ketidakstabilan keamanan antara kedua negara, selain memancing ekstremisme.”
“Kami menuntut Perdana Menteri Israel memenuhi komitmennya dan memastikan pelaku pembunuhan diadili, serta tidak menjadikan insiden ini sebagai pertunjukkan politik demi keuntingan pribadi,” kata Raja Abdullah, dikutip Reuters.
Petugas keamanan tersebut dilaporkan menembak pemuda Yordania Mohammad Jawawdah di kedutaan besar Israel di Amman, pada Minggu (23/7) serta tidak sengaja menewaskan warga Yordania lainnya yang tengah berada di lokasi.
Israel menyebut petugas keamanan itu hanya membela diri setelah diserang Jawawdah menggunakan obeng.
Pernyataan yang sedikit berbeda diungkapkan polisi Yordania. Disebutkan bahwa sang petugas keamanan melepaskan tembakan ke arah Jawawdah setelah keduanya terlibat perkelahian. Namun demikian, tidak disebutkan bagaimana warga Yordania lainnya ikut tertembak.
Raja Abdullah yang mengunjungi keluarga Jawawdah guna menyampaikan bela sungkawa, menyebut negara “akan melakukan apapun” untuk mendapatkan keadilan bagi kedua korban yang tewas.
Yordania dan Israel terikat perjanjian perdamaian dan negara Arab tersebut jarang mengungkapkan kemarahan mereka terhadap tetangganya itu, secara terbuka.
Selain insiden penembakan itu, Raja Abdullah juga mengingatkan insiden lainnya di mana seorang warga Yordania tewas ditembak tentara Israel di perbatasan pada Maret 2014 silam. Tidak ada penyelidikan atas kasus tersebut.
“Cara Israel menangani peristiwa di kedutaan dan insiden penembakan sebelumnya, bisa memengaruhi hubungan diplomatik kedua negara,” kata Abdullah.
Di sisi lain, petugas keamanan yang identitasnya dirahasiakan itu telah dipulangkan ke Israel menggunakan kekebalan diplomatik.
Hal itu, sebut Raja Abdullah, merupakan “tindakan provokatif dan mengesalkan yang memicu ketidakstabilan keamanan antara kedua negara, selain memancing ekstremisme.”
“Kami menuntut Perdana Menteri Israel memenuhi komitmennya dan memastikan pelaku pembunuhan diadili, serta tidak menjadikan insiden ini sebagai pertunjukkan politik demi keuntingan pribadi,” kata Raja Abdullah, dikutip Reuters.
Petugas keamanan tersebut dilaporkan menembak pemuda Yordania Mohammad Jawawdah di kedutaan besar Israel di Amman, pada Minggu (23/7) serta tidak sengaja menewaskan warga Yordania lainnya yang tengah berada di lokasi.
Israel menyebut petugas keamanan itu hanya membela diri setelah diserang Jawawdah menggunakan obeng.
Pernyataan yang sedikit berbeda diungkapkan polisi Yordania. Disebutkan bahwa sang petugas keamanan melepaskan tembakan ke arah Jawawdah setelah keduanya terlibat perkelahian. Namun demikian, tidak disebutkan bagaimana warga Yordania lainnya ikut tertembak.
Raja Abdullah yang mengunjungi keluarga Jawawdah guna menyampaikan bela sungkawa, menyebut negara “akan melakukan apapun” untuk mendapatkan keadilan bagi kedua korban yang tewas.
Yordania dan Israel terikat perjanjian perdamaian dan negara Arab tersebut jarang mengungkapkan kemarahan mereka terhadap tetangganya itu, secara terbuka.
Selain insiden penembakan itu, Raja Abdullah juga mengingatkan insiden lainnya di mana seorang warga Yordania tewas ditembak tentara Israel di perbatasan pada Maret 2014 silam. Tidak ada penyelidikan atas kasus tersebut.
“Cara Israel menangani peristiwa di kedutaan dan insiden penembakan sebelumnya, bisa memengaruhi hubungan diplomatik kedua negara,” kata Abdullah.
Credit CNN Indonesia
Raja Abdullah Tuntut Israel Adili Pelaku Pembunuh Warga Yordania
AMMAN
- Raja Yordania, Abdullah, telah mendesak Israel untuk mengadili
seorang penjaga keamanan yang menembak mati dua orang Yordania di dekat
kedutaan Israel di Ibu Kota negara itu. Peristiwa itu terjadi pada akhir
pekan lalu dan sempat menyebabkan ketegangan singkat di antara kedua
negara.
Raja Abdullah juga menggambarkan ucapan selamat yang diberikan kepada satpam tersebut oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai aksi "provokatif" seperti dikutip dari BBC, Jumat (28/7/2017).
Israel mengatakan bahwa satpam tersebut menembak seorang warga Yordania yang menyerangnya dengan obeng dan seorang Yordania lainnya secara tidak sengaja terbunuh dalam baku tembak tersebut.
Otoritas Yordania ingin memeriksa penjaga tersebut namun Israel mengatakan bahwa dia memiliki kekebalan diplomatik.
Staf kedutaan Israel telah kembali ke Israel dan Netanyahu memeluk satpam dan memuji penanganannya terhadap situasi tersebut.
Namun dalam sebuah pernyataan dari istana raja, Raja Abdullah mengatakan bahwa "Perilaku Netanyahu terhadap satpam itu adalah provokatif di semua lini dan membuat marah kita, mendestabilisasi keamanan dan memfokuskan ekstremisme," bunyi pernyataan yang dikeluarkan pihak istana raja.
Lebih lanjut Raja Abdullah mengatakan bagaimana insiden tersebut ditangani akan mempengaruhi hubungan kedua negara.
Kementerian luar negeri Israel mengatakan seorang warga Yordania, menurut media lokal bernama Mohammed Zakaria al-Jawawdeh, menikam petugas keamanan dari belakang di dalam tempat tinggal yang digunakan oleh kedutaan tersebut. Warga Yordania kedua yang tewas dalam peristiwa itu adalah pemilik bangunan tersebut.
Ini adalah salah satu insiden paling serius yang mempengaruhi hubungan kedua negara sejak mereka menandatangani sebuah perjanjian damai pada tahun 1994.
Raja Abdullah juga menggambarkan ucapan selamat yang diberikan kepada satpam tersebut oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai aksi "provokatif" seperti dikutip dari BBC, Jumat (28/7/2017).
Israel mengatakan bahwa satpam tersebut menembak seorang warga Yordania yang menyerangnya dengan obeng dan seorang Yordania lainnya secara tidak sengaja terbunuh dalam baku tembak tersebut.
Otoritas Yordania ingin memeriksa penjaga tersebut namun Israel mengatakan bahwa dia memiliki kekebalan diplomatik.
Staf kedutaan Israel telah kembali ke Israel dan Netanyahu memeluk satpam dan memuji penanganannya terhadap situasi tersebut.
Namun dalam sebuah pernyataan dari istana raja, Raja Abdullah mengatakan bahwa "Perilaku Netanyahu terhadap satpam itu adalah provokatif di semua lini dan membuat marah kita, mendestabilisasi keamanan dan memfokuskan ekstremisme," bunyi pernyataan yang dikeluarkan pihak istana raja.
Lebih lanjut Raja Abdullah mengatakan bagaimana insiden tersebut ditangani akan mempengaruhi hubungan kedua negara.
Kementerian luar negeri Israel mengatakan seorang warga Yordania, menurut media lokal bernama Mohammed Zakaria al-Jawawdeh, menikam petugas keamanan dari belakang di dalam tempat tinggal yang digunakan oleh kedutaan tersebut. Warga Yordania kedua yang tewas dalam peristiwa itu adalah pemilik bangunan tersebut.
Ini adalah salah satu insiden paling serius yang mempengaruhi hubungan kedua negara sejak mereka menandatangani sebuah perjanjian damai pada tahun 1994.
Pada hari Senin Israel mengucapkan terima kasih kepada Yordania atas "kerja sama dekatnya".
Tak lama kemudian Israel mulai memindahkan infrastruktur keamanan di sekitar tempat suci di Yerusalem. Media lokal melaporkan bahwa ini adalah bagian dari kesepakatan dengan Yordania untuk mengizinkan staf kedutaan tersebut pergi.
Pagar pembatas dan detektor logam telah dipasang di dekat kompleks Kota Tua, yang dikenal umat Muslim sebagai Haram al-Sharif dan Yahudi sebagai Bukit Bait Suci, setelah dua petugas polisi Israel terbunuh di dekatnya.
Namun warga Palestina dengan keras menolaknya karena dianggap sebagai upaya Israel untuk melakukan kontrol atas tempat suci tersebut. Demontrasi menentang hal itu juga terjadi di Yordania.
Credit sindonews.com