Senin, 24 Juli 2017

Filipina kepada ISIS: Menyerah atau Hadapi Kekuatan Penuh Militer


Filipina kepada ISIS: Menyerah atau Hadapi Kekuatan Penuh Militer
Filipina siap menerjukan kekuatan penuh untuk menumpas kelompok ISIS di Marawi. Foto/Istimewa


MANILA - Pemerintah Filipina memperingatkan kepada militan ISIS dan simpatisan mereka untuk menyerah atau akan menghadapi kekuatan penuh militer. Peringatan itu dilontarkan Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana.

Lorenzana mengatakan pasukan keamanan bertekad untuk mengalahkan terorisme dalam lima bulan ke depan ketika keadaan darurat militer diberlakukan di wilayah selatan Mindanao.

"Dengan banyaknya kepercayaan dari legislatif dan dukungan kuat dari orang-orang Filipina, Departemen Pertahanan Anda akan berusaha keras untuk mengatasi pemberontakan tersebut dengan pasti dan segera," kata Lorenzanna dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Xinhua, Senin (24/7/2017).

Lorenzana mendesak militan untuk kembali ke pelukan pemerintah, dengan mengatakan bahwa pemerintah siap menyambut mereka kapan saja mereka inginkan tanpa persyaratan apapun.

"Tapi jika Anda bertahan dengan cara Anda yang salah, angkatan bersenjata dan polisi akan datang setelah Anda tanpa henti," katanya.

Namun Lorenzana menegaskan jika operasi militer itu ditujukan kepada kelompok ISIS dan simpatisannya, bukan rakyat biasa. Penerapan darurat militer menjadi momok bagi warga Filipina karena membawa mereka kepada memori di mana mendiang Ferdinand Marcos berkuasa.

"Orang-orang yang harus khawatir adalah anggota kelompok teroris-ekstremis, pelanggar hukum, pendukung dan simpatisan kelompok teroris ekstremis dan bukan orang biasa."

Sekitar 700 gerilyawan yang berafiliasi dengan IS menyerbu Marawi City di Filipina selatan pada tanggal 23 Mei, mendorong pasukan keamanan pemerintah untuk meluncurkan serangkaian serangan udara untuk menghancurkan pemberontak.

Pertempuran yang sedang berlangsung sejauh ini telah merenggut nyawa sekitar 600 orang, termasuk 105 tentara dan polisi serta 428 teroris dan 45 warga sipil. Pemerintah mengatakan 40 warga sipil, yang melarikan diri dari kota tersebut saat perang meletus pada 23 Mei, meninggal karena sakit di rumah sakit setempat. 



Credit  sindonews.com