Menteri Pertahanan Iran mengumumkan lini produksi baru rudal balistik pada Sabtu (22/7). (AFP PHOTO / Natalia KOLESNIKOVA)
Jakarta, CB --
Iran mengumumkan peluncuran lini produksi peluru
kendali terbaru pada Sabtu (22/7) waktu setempat, di tengah memanasnya
hubungan Teheran dengan Washington.
Melansir Reuters, Kementerian Pertahanan Iran menyebut bahwa misil bernama Sayyad 3 itu bisa mencapai ketinggian hingga 27 kilometer dan menjangkau jarak 120 kilometer.
“Misil ini bisa menargetkan jet tempur, rudal penjelajah, helikopter dan pesawat nirawak,” kata Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehghan, dalam upacara peluncuran di Teheran.
Dalam upacara tersebut, Deghan juga mengatakan kesepakatan jual-beli senjata antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, saat kunjungan Trump ke Riyadh, Mei lalu, ditujukan sebagai ancaman bagi Iran.
“Kita baru-baru ini menyaksikan pembelian senjata besar-besaran oleh beberapa negara dari Amerika Serikat dan mereka akan membawa senjata itu ke kawasan untuk mengancam Iran,” kata Dehghan.
Pekan lalu, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran atas program rudal balistik negara tersebut dan mengatakan “aksi Teheran yang merusak” di Timur Tengah, menghancurkan “upaya positif” Perjanjian Nuklir Iran 2015.
Sanksi terbaru dari AS itu menunjukkan Pemerintahan Donald Trump tengah mencari cara lain menekan Iran, sembari mempertahankan kesepakatan antara Teheran dan enam negara adidaya untuk mengekang program nuklir, demi pengangkatan sanksi finansial dan perdagangan minyak.
Pemerintah AS mengatakan saat ini mereka tengah menargetkan 18 entitas serta individu yang mereka anggap memberi dukungan terhadap “penghasut dan aktivitas kriminal transnasional Iran”.
Mereka yang dijatuhi sanksi dipercaya memberi bantuan pada militer Iran atau Korps Pengawal Revolusi Islam dengan mengembangkan pesawat nirawak dan fasilitas militer, termasuk memproduksi kapal dan menyediakan komponen elektronik.
Sementara lainnya diklaim “mengatur pencurian program perangkat lunak dari AS dan menjualnya pada pemerintah Iran,” lapor Kementerian Keuangan AS.
Melansir Reuters, Kementerian Pertahanan Iran menyebut bahwa misil bernama Sayyad 3 itu bisa mencapai ketinggian hingga 27 kilometer dan menjangkau jarak 120 kilometer.
“Misil ini bisa menargetkan jet tempur, rudal penjelajah, helikopter dan pesawat nirawak,” kata Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehghan, dalam upacara peluncuran di Teheran.
Dalam upacara tersebut, Deghan juga mengatakan kesepakatan jual-beli senjata antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, saat kunjungan Trump ke Riyadh, Mei lalu, ditujukan sebagai ancaman bagi Iran.
“Kita baru-baru ini menyaksikan pembelian senjata besar-besaran oleh beberapa negara dari Amerika Serikat dan mereka akan membawa senjata itu ke kawasan untuk mengancam Iran,” kata Dehghan.
Pekan lalu, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran atas program rudal balistik negara tersebut dan mengatakan “aksi Teheran yang merusak” di Timur Tengah, menghancurkan “upaya positif” Perjanjian Nuklir Iran 2015.
Sanksi terbaru dari AS itu menunjukkan Pemerintahan Donald Trump tengah mencari cara lain menekan Iran, sembari mempertahankan kesepakatan antara Teheran dan enam negara adidaya untuk mengekang program nuklir, demi pengangkatan sanksi finansial dan perdagangan minyak.
Pemerintah AS mengatakan saat ini mereka tengah menargetkan 18 entitas serta individu yang mereka anggap memberi dukungan terhadap “penghasut dan aktivitas kriminal transnasional Iran”.
Mereka yang dijatuhi sanksi dipercaya memberi bantuan pada militer Iran atau Korps Pengawal Revolusi Islam dengan mengembangkan pesawat nirawak dan fasilitas militer, termasuk memproduksi kapal dan menyediakan komponen elektronik.
Sementara lainnya diklaim “mengatur pencurian program perangkat lunak dari AS dan menjualnya pada pemerintah Iran,” lapor Kementerian Keuangan AS.
Credit CNN Indonesia