NEW YORK
- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menegaskan bahwa waktu untuk
berbicara tentang Korea Utara (Korut) sudah berakhir. AS menekan China
untuk tegas apakah bersedia untuk menjatuhkan sanksi PBB yang lebih kuat
atau tidak usai Pyongyang menguji tembak rudal balistik.
Tekanan AS pada China itu disampaikan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley. Dalam sebuah pernyataan, Haley mengatakan bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB yang baru tidak ada nilainya karena tidak secara signifikan meningkatkan tekanan internasional terhadap rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut.
AS telah menerbangkan dua pesawat pembom supersonik B-1B di atas semenanjung Korea kemarin setelah Pyongyang menguji tembak rudal balistik antarbenua (ICBM) pada hari Jumat malam.
”China harus memutuskan apakah akhirnya bersedia mengambil langkah vital ini (atau tidak). Waktu berbicara sudah berakhir,” ujar Haley, yang dikutip Reuters.
Duta Besar China untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tekanan dari AS.
AS telah melakukan pembicaraan dengan China—sekutu Korut—mengenai sebuah rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi yang lebih kuat kepada Pyongyang. Haley memberi China sebuah draft resolusi itu setelah Korut menguji tembak ICBM pada 4 Juli lalu.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada hari Senin (31/7/2017) mengaku sudah berbicara dengan Presiden AS Donald Trump melalui telepon. Mereka sepakat mengenai perlunya tindakan lebih lanjut terhadap Korut.
Tekanan AS pada China itu disampaikan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley. Dalam sebuah pernyataan, Haley mengatakan bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB yang baru tidak ada nilainya karena tidak secara signifikan meningkatkan tekanan internasional terhadap rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut.
AS telah menerbangkan dua pesawat pembom supersonik B-1B di atas semenanjung Korea kemarin setelah Pyongyang menguji tembak rudal balistik antarbenua (ICBM) pada hari Jumat malam.
”China harus memutuskan apakah akhirnya bersedia mengambil langkah vital ini (atau tidak). Waktu berbicara sudah berakhir,” ujar Haley, yang dikutip Reuters.
Duta Besar China untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tekanan dari AS.
AS telah melakukan pembicaraan dengan China—sekutu Korut—mengenai sebuah rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi yang lebih kuat kepada Pyongyang. Haley memberi China sebuah draft resolusi itu setelah Korut menguji tembak ICBM pada 4 Juli lalu.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada hari Senin (31/7/2017) mengaku sudah berbicara dengan Presiden AS Donald Trump melalui telepon. Mereka sepakat mengenai perlunya tindakan lebih lanjut terhadap Korut.
Credit sindonews.com
Korut Uji Rudal, Trump Umbar Kekesalan Terhadap China
WASHINGTON
- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, tidak bisa
menyembunyikan kekesalannya terhadap China dianggap tidak bisa
mengendalikan sekutu dekatnya, Korea Utara (Korut). Trump menganggap
Negeri Tirai Bambu itu tidak melakukan apa-apa untuk mencegah Korut
meluncurkan rudal balistik antar benua.
Melalui akun Twitternya, Trump memperingatkan bahwa ia tidak akan lagi membiarkan China tidak melakukan apa-apa terhadap Korut. Dalam kritiknya, Trump menghubungkan hubungan dagang China dengan Korut, setelah Korea Selatan (Korsel) mengindikasikan pihaknya akan mempercepat pengerahan sistem pertahanan rudal THAAD yang membuat Beijing murka.
"Saya sangat kecewa dengan China. Pemimpin terdahulu kita yang bodoh telah mengizinkan mereka menghasilkan ratusan dolar setahun dalam perdagangan, namun mereka tidak melakukan apa-apa untuk kita dengan Korea Utara, hanya berbicara," cuit Trump.
"Kami tidak akan membiarkan hal ini berlanjut lagi. China dapat dengan mudah menyelesaikan masalah ini!" cetusnya seperti dikutip dari Telegraph, Minggu (30/7/2017).
Trump telah bersumpah untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjamin keamanan tanah air Amerika dan melindungi sekutunya.
China, sekutu utama ekonomi dan diplomatik Pyongyang, menentang intervensi militer dan menyerukan sebuah resolusi melalui dialog. China pun menentang penyebaran sistem anti rudal THAAD. Beijing berpendapat bahwa penyebaran tersebut akan mengganggu kestabilan kawasan ini.
Pada perdagangan, AS telah mencela hubungan yang tidak seimbang terkait kebijakan perdagangan China yang menghalangi akses ke pasar mereka. Ini ditandai dengan defisit perdagangan dengan Beijing sebesar USD309 miliar tahun lalu. Namun China mengatakan bahwa peraturan Washington sendiri yang membatasi ekspor berteknologi tinggi AS.
Melalui akun Twitternya, Trump memperingatkan bahwa ia tidak akan lagi membiarkan China tidak melakukan apa-apa terhadap Korut. Dalam kritiknya, Trump menghubungkan hubungan dagang China dengan Korut, setelah Korea Selatan (Korsel) mengindikasikan pihaknya akan mempercepat pengerahan sistem pertahanan rudal THAAD yang membuat Beijing murka.
"Saya sangat kecewa dengan China. Pemimpin terdahulu kita yang bodoh telah mengizinkan mereka menghasilkan ratusan dolar setahun dalam perdagangan, namun mereka tidak melakukan apa-apa untuk kita dengan Korea Utara, hanya berbicara," cuit Trump.
"Kami tidak akan membiarkan hal ini berlanjut lagi. China dapat dengan mudah menyelesaikan masalah ini!" cetusnya seperti dikutip dari Telegraph, Minggu (30/7/2017).
Trump telah bersumpah untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjamin keamanan tanah air Amerika dan melindungi sekutunya.
China, sekutu utama ekonomi dan diplomatik Pyongyang, menentang intervensi militer dan menyerukan sebuah resolusi melalui dialog. China pun menentang penyebaran sistem anti rudal THAAD. Beijing berpendapat bahwa penyebaran tersebut akan mengganggu kestabilan kawasan ini.
Pada perdagangan, AS telah mencela hubungan yang tidak seimbang terkait kebijakan perdagangan China yang menghalangi akses ke pasar mereka. Ini ditandai dengan defisit perdagangan dengan Beijing sebesar USD309 miliar tahun lalu. Namun China mengatakan bahwa peraturan Washington sendiri yang membatasi ekspor berteknologi tinggi AS.
Credit sindonews.com