Tiongkok mengklaim sekitar 90 persen dari
keseluruhan wilayah Laut China Selatan. Namun Brunei, Malaysia,
Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim pada jalur air yang
menghasilkan US$5 triliun dari perdagangan kapal-kapal yang melewati
perairan itu setiap tahun. (Wikipedia/U.S. Central Intelligence Agency)
Apa yang terjadi di Mischief Reef adalah reklamasi terbaru yang dilakukan Tiongkok di tengah sengketa Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Reklamasi merupakan kelanjutan dari reklamasi serupa di enam terumbu karang lain sejak Februari lalu.
Aktivitas Tiongkok ini, tak ayal menuai kritik dari Washington.
Sebuah citra yang dirilis pada 16 Maret lalu oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) yang berbasis di Washington menunjukkan rantai kecil formasi tanah buatan serta struktur baru, tembok laut dan peralatan konstruksi di sepanjang Mischief Reef.
Beberapa kapal keruk juga berada di sana sementara pintu masuk ke karang telah diperluas, Asia Maritime Transparency Initiative CSIS mengatakan di situsnya.
Foto pengawasan yang diambil dari Mischief Reef di bulan Oktober tahun lalu menunjukkan tidak ada pekerjaan reklamasi.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jepang, Yomiuri, yang diterbitkan pada Rabu (8/4), Menteri Pertahanan AS Ash Carter menyatakan keprihatinannya terkait persoalan reklamasi Tiongkok di Spratly.
"Kami sangat prihatin dengan prospek militerisasi pos-pos tersebut," kata Carter, yang berada di Tokyo pada kunjungan pertamanya ke Asia sebagai kepala pertahanan.
Beijing menolak kritik dari aktivitasnya di sekitar terumbu karang, mengatakan pekerjaan itu terjadi "dalam lingkup kedaulatan Tiongkok”.
Sementara pulau-pulau baru tidak akan membatalkan superioritas militer AS di kawasan itu, pekerja Tiongkok membangun pelabuhan dan depot penyimpanan bahan bakar serta kemungkinan dua landasan yang menurut para ahli akan memungkinkan Beijing untuk menyuplai listrik jauh ke jantung maritim Asia Tenggara.
Filipina pertama mengatakan pada Februari bahwa kapal keruk Tiongkok telah mulai bekerja di Mischief Reef yang berjarak 216 km barat dari pulau Palawan, Filipina.
Tiongkok mengklaim sekitar 90 persen dari keseluruhan wilayah Laut China Selatan. Namun Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim pada jalur air yang menghasilkan US$5 triliun dari perdagangan kapal-kapal yang melewati perairan itu setiap tahun.
Tiongkok mengokupasi Mischief Reef pada 1995. Foto pada bulan Oktober menunjukkan dua struktur, termasuk bangunan tiga lantai di sebuah atol yang dilengkapi dengan turbin angin dan panel surya.
Credit CNN Indonesia