Lifting minyak dan gas bumi (migas) menjadi tolak ukur utama kinerja
industri hulu migas karena langsung memengaruhi penerimaan negara.
Bagaimana negara mengontrol pekerjaan penting ini?
JAKARTA, CB – PT Pertamina (Persero) saat ini tengah merambah bisnis energi baru. SVP Exploration PT Pertamina (Persero) Doddy Priambodo mengatakan, andalan energi baru yang dikembangkan BUMN minyak dan gas bumi (migas) itu adalah panas bumi (geothermal). “Saya ingin berikan gambaran Indonesia ini berdiri di atas ring of fire. Menurut para ahli, potensi panas bumi kita mencapai 28 gigawatt (GW), walaupun dikatakan Pak Tumiran tadi (anggota DEN) yang terbukti sekitar 15 GW. Tapi angka itu menempatkan Indonesia di urutan pertama di dunia,” kata Doddy dalam sebuah diskusi, Selasa (14/4/2015).
Doddy menjelaskan, Indonesia memiliki sumber energi panas bumi yang tidak akan pernah habis selama gunung api masih aktif. Indonesia dengan potensi panas bumi terbesar di dunia ini mengalahkan Amerika Serikat yang memiliki cadangan panas bumi 20 GW dan Jepang dengan cadangan sama. “Filipina itu ranking lima. Kekayaan panas bumi di hanya 6 GW,” imbuh Doddy.
Sayangnya, dia melanjutkan, dari segi pemanfaatan, Indonesia masih kalah jauh dari negara-negara lain. Saat ini cadangan panas bumi yang dimanfaatkan di Indonesia (Pertamina dan pelaku migas lain) hanya 4 persen dari cadangan. Sementara Filipina yang hanya memiliki cadangan 6 GW, utilitasnya mencapai 33 persen. “Bayangkan! Energi yang sangat kaya itu dia (Filipina) gunakan semaksimal dia bisa,” ujar Doddy.
Lebih lanjut Doddy menuturkan, saat ini Pertamina sudah melakukan eksplorasi maupun kerja sama dengan PT PLN (Persero) untuk pemanfaatan panas bumi. Adapun kapasitas terpasang yang dimanfaatkan saat ini sekitar 402 megawatt (MW) per hari.
Rencananya dengan asumsi pertumbuhan energi panas bumi 4 persen, pada 2020 mendatang kapasitas terpasang bisa mencapai di atas 800 MW. Doddy menegaskan Pertamina mulai serius mendorong pemanfaatan energi baru. Salah satu buktinya adalah dengan dibentuknya direktorat baru di tubuh Pertamina, yakni Direktorat Energi Baru dan Terbarukan yang dipimpin oleh Yenni Andayani. “Ada juga pemanfaatan energi surya tapi masih riset. Tapi di Pertamina EP, di lapangannya hampir semuanya pakai tenaga surya. Tahun ini kita bisa meng-generate 20 MW tapi dipakai internal dulu. Sementara energi angin masih riset, mikrohidro juga,” ucap Doddy.
Credit KOMPAS.com