Dilansir dari AFP, selama ini Kuba masuk dalam daftar negara pendukung terorisme, bersama dengan Suriah, Iran dan Sudan. Kuba pun mempermasalahkan daftar itu saat membicarakan rencana kedua negara untuk saling membuka kembali kedutaan besar mereka.
"Pemerintah Kuba tidak menyediakan dukungan apa pun kepada terorisme internasional dalam periode enam bulan terakhir," demikian isi surat yang ditulis Obama kepada pihak legislatif AS.
Pihak legislatif AS punya waktu 45 hari untuk membatalkan rencana Obama ini. Jika tidak ada langkah politik, maka rencana AS untuk membuka hubungan diplomatik yang bergejolak saat Perang Dingin itu akan segera terwujud.
Rencana Obama untuk mencoret Kuba dari daftar negara pendukung terorisme ini muncul usai bertemu Presiden Kuba Raul Castro di Panama, beberapa waktu lalu. Pertemuan itu dianggap bersejarah, karena untuk pertama kalinya kedua pemimpin bertemu selama berjam-jam dalam setengah abad terakhir.
Kuba masuk dalam daftar negara pendukung terorisme versi AS sejak 1982.
"Kuba awalnya masuk ke dalam daftar negara pendukung terorisme karena upaya mereka mendukung revolusi bersenjata di Amerika Latin. Situasi kami (AS dan Kuba), juga dunia, saat ini sudah berbeda dengan apa yang terjadi pada 33 tahun silam," ujar Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
Meski begitu, pejabat AS mengungkap bahwa masih ada sejumlah sanksi yang diterapkan AS terhadap Kuba. Salah satunya adalah embargo ekonomi terhadap Kuba.
Namun, sejumlah pertemuan diplomatik akan terus berlangsung untuk membicarakan rencana dibukanya kantor kedutaan besar. "Kita butuh kedubes untuk menjalankan fungsi layaknya kedubes di negara lain. Kami akan melanjutkan untuk mewujudkan itu," kata salah seorang pejabat senior AS.
Belum ada gambaran mengenai kapan kedubes itu mulai beroperasi. Sebab, di AS sendiri rencana itu masih mendapat pertentangand dari musuh politik Obama, yaitu Partai Republik.
Senator Florida yang juga salah satu calon presiden AS dari Partai Republik, Marco Rubio, menentang rencana Obama itu. Sebagai keturunan Kuba yang orang tuanya lari dari negara yang saat itu dipimpin Fidel Castro, rencana Obama dianggap sangat buruk.
"Kuba adalah pendukung terorisme. Mereka menampung buronan dari hukum AS, termasuk orang yang membunuh petugas polisi di New Jersey, lebih dari 30 tahun lalu," ucap Rubio.
Credit KOMPAS.com