Senin, 20 April 2015

Angklung, Alat Musik dari Bambu yang Mendunia

Angklung, Alat Musik dari Bambu yang Mendunia
Angklung mendunia meski dibuat dari Bambu (Foto: Theborneopost)
CB, BANDUNG – Pentas “Angklung for The World” menjadi salah satu rangkaian peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA). Tak ada salahnya melihat sejarah angklung.
Sebelum pentas yang akan dicatat dalam Guiness Book of The Record ini digelar, mari kita melihat sejarah angklung sebagai alat musik tradisional khas Sunda.
Angklung adalah sebuah alat musik yang terbuat dari potongan bambu. Alat musik ini terdiri dari dua sampai empat tabung bambu yang dirangkai menjadi satu dengan tali rotan.
Tabung Bambu ini diukir detail dan dipotong sedemikian rupa oleh pengrajin angklung untuk menghasilkan nada tertentu ketika bingkai bambu digoyang.
Oleh karena setiap angklung menghasilkan nada yang berbeda, maka dibutuhkan kerjasama antar pemain untuk menghasilkan melodi yang indah. Instrumen ini sendiri telah dikenal sejak zaman kuno di beberapa wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
Meski begitu, kata angklung berasal dari bahasa Sunda, ‘angkleung-angkleungan’, yaitu gerakan pemain angklung, serta suara klung yang dihasilkan instrumen bambu ini. Dalam tradisi Sunda, instrumen angklung berfungsi mengundang Dewi Sri atau Dewi Padi yang melambangkan kemakmuran agar turun ke Bumi memberikan kesuburan tanaman padi.
Oleh karenanya, hingga saat ini di beberapa desa masih sering kita jumpai upacara yang mempergunakan angklung untuk kegiatan tradisional seperti pesta panen, ngaseuk pare, nginebkeun pare, ngampihkeun pare, seren taun, nadran, helaran, turun bumi, dan sedekah bumi.
Sementara, di Jawa Barat sendiri angklung telah dimainkan sejak abad ke-7. Bahkan, orang-orang Baduy dari Desa Kanekes masih memainkan angklung tradisional yang disebut angklung buhun dalam beberapa upacara tradisional mereka.
Sementara itu, di perbatasan Cirebon dan Indramayu, tepatnya di Desa Bungko, ada jenis lain dari angklung yang diberi nama angklung bungko. Angklung ini diciptakan oleh Syeh Bentong atau Ki Gede Bungko, yaitu seorang pemimpin agama yang menggunakannya sebagai media penyebaran agama Islam. Angklung yang masih terawat dan dipelihara hingga saat ini diyakini telah berusia 600 tahun.
Dibalik sebagian cerita sejarahnya, selain sebagai alat musik tradisional angklung juga melambangkan kehidupan manusia yang tidak dapat berdiri, tetapi saling membutuhkan. Tabung besar dan kecil dari deretan bambu ini sering digambarkan sebagai perkembangan kehidupan manusia.
Tabung bambu kecil menggambarkan bahwa setiap orang memiliki impian dan keinginan untuk menjadi orang besar yang dilambangkan dengan tabung besar. Ketika angklung digoyangkan, maka semua tabung menciptakan bentuk alunan harmoni yang menggambarkan kehidupan manusia.


Credit  OKEZONE.COM