WASHINGTON
- Pakar East Asia di Amerika Serikat (AS), Gordon Chang, mengatakan
bahwa setidaknya tiga negara akan siap bergabung dengan pemimpin Korea
Utara (Korut) Kim Jong-un jika perang dengan AS benar-benar terjadi.
Ketiga negara itu adalah China, Rusia dan Iran.
Perseteruan antara Washington dan Pyongyang telah memicu kekhawatiran pecahnya Perang Dunia III setelah Kim Jong-un menolak tekanan AS untuk melucuti program senjata nuklirnya.
Menurut Chang, China, Rusia dan Iran juga kerap berseteru dengan AS di berbagai isu konflik.
“Jika kita menyerang Korea Utara terlebih dahulu, Anda bisa melihat China menimbulkan masalah di Laut China Selatan. Anda bisa melihat Rusia mengejar Baltik. Orang-orang Iran akan melakukan sesuatu,” kata Chang.
”Kita bisa melihat Asia terlibat di kedua sisi, ini mendekati perang dunia, hal ini bisa menyebar dengan sangat cepat dan itulah bahaya yang sebenarnya di sini,” ujar Chang, seperti dikutip express.co.uk, Sabtu (6/1/2018).
”Ini bisa menyebar ke tanah air AS karena orang-orang China dan Rusia benar-benar bisa melakukan pertukaran nuklir dengan Amerika Serikat. Saya tidak mengatakan itu akan terjadi, tapi saya mengatakan itu adalah sebuah kemungkinan,” lanjut Chang.
Sebelum komentar Chang ini muncul, para ahli juga telah memperingatkan Presiden AS Donald Trump bahwa Beijing dan Moskow bisa berada di ambang pembentukan sebuah aliansi dengan Korea Utara untuk mencegah invasi AS.
China sendiri selama ini dianggap sebagai satu-satunya sekutu resmi Pyongyang. Chang menambahkan bahwa China telah menunjukkan tanda-tanda ketidakpatuhan terhadap sanksi PBB. Hal itu menandakan bahwa Beijing akan terus mendukung Pyongyang meski sudah berjanji untuk bertindak terhadap rezim Kim Jong-un sesuai resolusi DK PBB.
Berbicara kepada Fox News, penulis buku “Nuclear Showdown” ini mencontohkan pembangkangan China ketika AS lengah. ”Ketika sanksi diajukan oleh PBB, orang China membuat pertunjukan yang besar,” katanya.
”Mereka benar-benar akan melakukan sesuatu selama beberapa bulan dan ketika Amerika Serikat tidak memperhatikan, mereka kembali melakukan hal lama tersebut,” ujar Chang mengacu pada suplai minyak Beijing kepada Pyongyang yang baru-baru ini terungkap.
Ketegangan di Semenanjung Korea pada saat ini mulai mereda setelah rezim Kim Jong-un setuju untuk melakukan perundingan dengan Korea Selatan. Namun, sebuah editorial surat kabar pemerintah Korut, Rodong Sinmun, terus menyuarakan kesiapan Pyongyang untuk terlibat konflik dengan AS.
Editorial tersebut menyerukan agar rakyat Korea Utara bersatu untuk meraih kemenangan baru di semua lini.
“Tidak ada kekuatan di bumi yang bisa menghalangi kemajuan kuat Korea Utara karena di bawah bimbingan Partai Buruh Korea yang luar biasa dan teruji yang membawa gaya sosialisme kita ke kemenangan,” bunyi editorial tersebut.
Perseteruan antara Washington dan Pyongyang telah memicu kekhawatiran pecahnya Perang Dunia III setelah Kim Jong-un menolak tekanan AS untuk melucuti program senjata nuklirnya.
Menurut Chang, China, Rusia dan Iran juga kerap berseteru dengan AS di berbagai isu konflik.
“Jika kita menyerang Korea Utara terlebih dahulu, Anda bisa melihat China menimbulkan masalah di Laut China Selatan. Anda bisa melihat Rusia mengejar Baltik. Orang-orang Iran akan melakukan sesuatu,” kata Chang.
”Kita bisa melihat Asia terlibat di kedua sisi, ini mendekati perang dunia, hal ini bisa menyebar dengan sangat cepat dan itulah bahaya yang sebenarnya di sini,” ujar Chang, seperti dikutip express.co.uk, Sabtu (6/1/2018).
”Ini bisa menyebar ke tanah air AS karena orang-orang China dan Rusia benar-benar bisa melakukan pertukaran nuklir dengan Amerika Serikat. Saya tidak mengatakan itu akan terjadi, tapi saya mengatakan itu adalah sebuah kemungkinan,” lanjut Chang.
Sebelum komentar Chang ini muncul, para ahli juga telah memperingatkan Presiden AS Donald Trump bahwa Beijing dan Moskow bisa berada di ambang pembentukan sebuah aliansi dengan Korea Utara untuk mencegah invasi AS.
China sendiri selama ini dianggap sebagai satu-satunya sekutu resmi Pyongyang. Chang menambahkan bahwa China telah menunjukkan tanda-tanda ketidakpatuhan terhadap sanksi PBB. Hal itu menandakan bahwa Beijing akan terus mendukung Pyongyang meski sudah berjanji untuk bertindak terhadap rezim Kim Jong-un sesuai resolusi DK PBB.
Berbicara kepada Fox News, penulis buku “Nuclear Showdown” ini mencontohkan pembangkangan China ketika AS lengah. ”Ketika sanksi diajukan oleh PBB, orang China membuat pertunjukan yang besar,” katanya.
”Mereka benar-benar akan melakukan sesuatu selama beberapa bulan dan ketika Amerika Serikat tidak memperhatikan, mereka kembali melakukan hal lama tersebut,” ujar Chang mengacu pada suplai minyak Beijing kepada Pyongyang yang baru-baru ini terungkap.
Ketegangan di Semenanjung Korea pada saat ini mulai mereda setelah rezim Kim Jong-un setuju untuk melakukan perundingan dengan Korea Selatan. Namun, sebuah editorial surat kabar pemerintah Korut, Rodong Sinmun, terus menyuarakan kesiapan Pyongyang untuk terlibat konflik dengan AS.
Editorial tersebut menyerukan agar rakyat Korea Utara bersatu untuk meraih kemenangan baru di semua lini.
“Tidak ada kekuatan di bumi yang bisa menghalangi kemajuan kuat Korea Utara karena di bawah bimbingan Partai Buruh Korea yang luar biasa dan teruji yang membawa gaya sosialisme kita ke kemenangan,” bunyi editorial tersebut.
Credit sindonews.com