Jumat, 04 Desember 2015

Presiden Jokowi Gelar Pertemuan Bilateral dengan 13 Negara di Paris, Hasilnya...


Presiden Jokowi Gelar Pertemuan Bilateral dengan 13 Negara di Paris, Hasilnya...

Rangkaian Pertemuan Bilateral Presiden Jokowi di sela Leader Event di COP 21, 30 November 2015. Foto : Staf kepresidenan
 
CB, PARIS - Presiden Joko Widodo menggelar sejumlah pertemuan bilateral di areal Leaders Event United Nations Convention on Climate Change Conference of The Parties 21, Paris, Prancis, Senin, 30 November 2015 lalu. Pertemuan digelar sebagian di Ruang VVIP Lounge Parc Des Expositions Du Bourget Paris, juga di areal Plenary Hall, seraya menanti pembukaan acara.

Di antaranya secara pull aside dilakukan Presiden Jokowi dengan sejumlah Kepala Negara/Kepala Pemerintahan negara sahabat, seperti Perdana Menteri Papua Nugini, Presiden Filipina, Perdana Menteri Vietnam, Presiden Kolombia, Perdana Menteri Jepang, Presiden Cile, Wakil Presiden Iran, dan Presiden Madagaskar. Presiden juga melakukan perbincangan dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi. Kebetulan Jokowi duduk bersebelahan dengan Perdana Menteri Modi dalam pertemuan KTT COP 21.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan, dari pertemuan bilateral dengan 13 negara, 10 di antaranya langsung dengan kepala negara. Retno menyakini, pertemuan itu mampu meningkatkan hubungan kerja sama Indonesia dengan negara-negara tersebut.


Sepuluh kepala negara yang langsung bertemu Presiden Jokowi adalah Vietnam, Iran, Filipina, Kolombia, Papua Nugini, Cile, Belanda, Serbia, Jepang, dan Madagaskar. Pertemuan dilakukan sebelum COP 21 dimulai. Adapun pertemuan dengan Presiden Peru dan PM Norwegia, digelar malam hari. Terakhir, Presiden Jokowi sempat bertemu Presiden Meksiko.

"Dari pertemuan itu Presiden mendapatkan undangan untuk berkunjung ke Iran dan Vietnam," kata Retno Marsudi dalam jumpa persnya di Paris, Selasa, 1 November 2015, sebelum Presiden Jokowi bertolak ke Tanah Air. " Adapun tahun depan, tiga negara yang berkunjung ke Indonesia adalah Serbia, Belanda, dan Cile."

Di luar pertemuan bilateral, Presiden Jokowi, kata Menteri Retno, juga mengikuti dua kegiatan pendukung yang membahas soal menjaga hutan dan pemanfaatan energi terbarukan. Dari dua event itu, Presiden Jokowi menyampaikan pesan dan komitmen Indonesia untuk mengelola hutan secara sustainable. Juga tentang kebijakan Indonesia terkait dengan energi terbarukan.




Pertemuan tentang kehutanan menghasilkan pernyataan bersama antarpemimpin negara. Tujuh belas negara yang terlibat di antaranya Australia, Brasil, Kanada, Kolombia, Kongo, Etiopia,  Prancis, Gabon, Jerman, Indonesia, Jepang, Liberia, Meksiko, Norwegia, Peru, Inggris, dan Amerika Serikat. Dengan pernyataan bersama itu, Indonesia, lanjut Retno, menunjukkan kepemimpinannya sekaligus menunjukkan komitmen yang tinggi untuk mengelola hutan secara lestari.

Sementara itu, terkait dengan isu energi terbarukan, Indonesia menegaskan sudah memiliki kebijakan yang jelas ke arah mana. Pemerintah memutuskan mencapai 23 persen energi terbarukan pada 2025 dan kebijakan elektrifikasi pedesaan yang diperkirakan.


Berikut hasil pertemuan bilateral seperti dijelaskan Menteri Retno.

1. Vietnam

Vietnam ingin mengundang lagi Presiden Jokowi ke Vietnam tahun depan. Dibicarakan masalah investasi dan perdagangan mengingat banyak investor Indonesia di Vietnam. Dibahas pula kerja sama pengadaan alutsista yang sudah dibahas saat Presiden Jokowi ke Kuala Lumpur. Vietnam akan mengirimkan Menteri Pertahanannya ke Indonesia soal alutsista.

2. Iran

Pembahasan dengan Wakil Presiden Iran soal penguatan kerja sama energi. Menteri Retno dan Menteri Energi Sudirman Said baru saja ke Teheran untuk membahas kerja sama dalam konteks energi, baik dalam konteks minyak maupun gasnya.

3. Filipina

Pembicaraan dengan Filipina terkait dengan Ketua APEC, juga partisipasi aktif Indonesia di dalam pertemuan APEC kemarin.













4. Kolombia

Kolombia mengapresiasi Indonesia atas kerja sama post conflict resolution. Menteri Retno pernah diutus membawa delegasi misi untuk menyatakan kesediaan Indonesia bekerja sama dengan Kolombia terkait dengan penanganan post conflict. Dan tim dari Kolombia akan datang ke Indonesia tanggal 7 sampai 12 Desember nanti.

5. Papua Nugini

Dibahas penguatan kerja sama ekonomi, termasuk wilayah perbatasan. Terutama penguatan kerja sama wilayah perbatasan, seperti infrastruktur, pengadaan listrik, dan sebagainya itu menjadi salah satu fokus dari kerja sama bilateral RI-PNG.

6. Peru

Tahun depan Peru akan menjadi Ketua APEC 2016. Indonesia menitipkan ke Peru soal development goods agar sejalan dengan apa yang Indonesia perjuangkan dalam APEC.


7. Cile

Presiden Cile akan berkunjung ke Indonesia dan ingin segera menyelesaikan free trade agreement-nya dengan Indonesia yang sekarang sedang dilakukan negosiasi secara terus-menerus.

8. Belanda

Dua hal yang difokuskan, kerja sama National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau giant sea wall. Belanda sudah terlibat dari sejak pembuatan masterplan-nya. Sekarang Indonesia juga bekerja sama dengan Korea Selatan untuk pengembangan masterplan berikutnya. Namun Presiden menginginkan supaya segera ada implementasinya.

Kedua, pembangunan deep sea port mengingat Belanda adalah negara yang memiliki keungggulan di bidang itu. PM Belanda akan segera mengirimkan tim untuk segera mengimplementasikan dua fokus tadi, NCICD dan pembangunan deep sea port.



9. Serbia

Presiden Serbia ingin ke Indonesia. Fokus pada ekonomi karena selain perdagangan Indonesia, sudah ada investasi di sana untuk mi instan dan pengembangan jamur.

10. Jepang

PM Jepang menyampaikan apresiasi kepada Presiden Jokowi karena sudah menerima rombongan yang sangat besar, 1.100 pengusaha dan politikus Jepang yang hadir di Indonesia. Jadi ke depan kerja sama Indonesia-Jepang akan semakin kuat.

11. Norwegia

Banyak isu yang terkait dengan substansi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai redd plus. Namun pembahasan penting lainnya adalah soal kerja sama di bidang pendidikan. Indonesia dan Norwegia sepakat anggaran besar negara untuk pendidikan harus diperjuangkan. Indonesia adalah sedikit negara yang betul-betul menggaransi adanya proporsi 20 persen dari APBN yang diposkan untuk edukasi.


Credit  TEMPO.CO