Rabu, 15 Juli 2015

Moeldoko Serahkan Tongkat Komando TNI ke Jenderal Gatot


Moeldoko Serahkan Tongkat Komando TNI ke Jenderal Gatot  
Serah terima jabatan Panglima TNI dari Jenderal Moeldoko ke Jenderal Gatot Nurmantyo di Mabes TNI, Selasa (14/7). (Detik.com/Elza Astari)
 
Jakarta, CB -- Jenderal Gatot Nurmantyo resmi menjabat Panglima TNI. Serah terima jabatan sudah dilakukan secara simbolis dengan diserahkannya tongkat komando Panglima TNI dari Jenderal Moeldoko ke Jenderal Gatot.

Sertijab dilakukan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (14/7). Penyerahan tongkat komando Panglima TNI dilanjutkan dengan panandatanganan berita acara serah terima jabatan.

Dalam pidato sambutannya, Moeldoko berharap Gatot melanjutkan rencana strategis TNI yang selama ini dijalankan. Peningkatan kesejahteraan prajurit, pengembangan kekuatan personel, serta perbaikan dan pemeliharaan alat utama sistem pertahanan adalah bagian dari rencana strategis TNI tersebut.

"Saya percaya Jenderal Gatot akan berbuat lebih baik yang akan membuat TNI makin solid, militan, lebih sejahtera dan dicintai rakyat," kata Moeldoko.

Menyelesaikan jabatan orang nomor satu di tubuh TNI menurutnya jadi kebanggaan tersendiri. Kepada seluruh prajurit, Moeldoko berpesan untuk membantu dan mendukung Jenderal Gatot menjaga kedaulatan bangsa dan negara.

Sementara itu Jenderal Gatot dalam sambutannya mengatakan akan menjaga amanah yang diembannya ini.

"TNI akan tetap berjalan pada koridor kebijakan pembangunan, kekuatan pokok minimum, dan melanjutkan kebijakan yang telah dirintis Jenderal Moeldoko," katanya.

Sebagai Panglima TNI yang baru, Gatot mengucapkan terima kasih dan kebanggaan serta penghormatan yang tinggi kepada Jenderal Moeldoko pengabdiannya selama ini. Setelah tak lagi jadi Penglima TNI, Moeldoko akan segera pensiun.

Credit  CNN Indonesia


Sertijab Panglima TNI Dihelat Sederhana Karena Alasan Ekonomi


Sertijab Panglima TNI Dihelat Sederhana Karena Alasan Ekonomi  
Jenderal Moeldoko resmi melepaskan jabatannya dari Panglima TNI kepada Jenderal Gatot Nurmantyo, Selasa (14/7/2015) di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta. Moeldoko berharap pada panglima yang baru agar terus meningkatkan profesionalitas prajurit yang sejahtera. (Detik Foto/Rachman Haryanto)
 
 
Jakarta, CB -- Tentara Nasional Indonesia menggelar upacara serah terima jabatan Panglima TNI. Jenderal Moeldoko menyerahkan tongkat komando kepada penerusnya, Jenderal Gatot Nurmantyo dalam upacara yang dihelat sederhana di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, hari ini, Selasa (14/7).

Usai upacara, Moeldoko mengatakan upacara sertijab tersebut tidak diselenggarakan semeriah biasa lantaran TNI harus menyesuaikan diri dengan kondisi perekonomian nasional yang tidak begitu menggembirakan.

"Sertijab ini skalanya kami kecilkan karena masih bulan puasa, kondisi ekonomi juga perlu dicermati untuk tidak berlebihan," ujar Moeldoko.

Meski sederhana, jenderal bintang empat yang baru akan pensiun pada Agustus mendatang ini yakin, sertijab tersebut tidak kehilangan makna dan substansi utama.

Sertijab antara Moeldoko dan Gatot dihadiri seluruh perwira tinggi TNI, termasuk Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supendi, dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna.

Hadir pula Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso, beserta sejumlah mantan pimpinan TNI seperti mantan Panglima ABRI Jenderal (Purn) Tri Sutrisno.

Kepada wartawan, Badrodin mengaku sudah menjalin hubungan erat dengan Gatot. Mereka lulus dari akademi masing-masing pada tahun yang sama, yakni tahun 1982.

Badrodin yakin, peristiwa penyerangan terhadap dua prajurit Kostrad di Lapangan Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, akhir pekan lalu, tidak akan merenggangkan hubungan antara institusi kepolisian dan insitusi militer.

Badrodin tidak menampik, perselisihan antara prajurit TNI dan anggota kepolisian kerap terjadi. Namun dia menegaskan, perstiwa-peristiwa itu merupakan persoalan pribadi dan tidak boleh dihubungkan dengan konflik antara lembaga.

"Konflik itu dari dulu memang ada, tidak mungkin tidak ada karena anggota di lapangan, ada sama-sama minum, di situ senggolan bisa terjadi. Tapi yang harus dicegah, urusan pribadi dibawa ke kesatuan," ucap Badrodin.



Credit  CNN Indonesia