Rabu, 22 Juli 2015

Menduduki Bulan, Kini Biayanya Lebih Hemat 90 Persen


Menduduki Bulan, Kini Biayanya Lebih Hemat 90 Persen Bulan (CNN Indonesia/Getty Images)
 
 
Jakarta, CB -- Selama sejarah industri antariksa, tercatat hanya 12 orang yang pernah berkunjung dan berjalan di Bulan sejak 1972. Badan antariksa AS, NASA baru-baru ini menemukan fakta baru bahwa ternyata menduduki Bulan bisa jauh lebih hemat 90 persen.

Studi yang dilakukan oleh badan komite NASA mengungkapkan, apabila manusia menduduki Bulan sekarang dapat menghemat biaya 90 persen dari estimasi selama ini. Yaitu estimasi US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.336 triliun menjadi 'hanya' US$ 10 miliar atau setara Rp 133 triliun.

Mengutip Popular Science, biaya tersebut sanggup dijalani oleh NASA karena sudah terlingkupi di anggaran penerbangan awak manusianya saat ini.

Selain itu, pihak NASA juga meyakini biaya hidup tersebut bisa lebih murah yakni dengan cara menambang sumber daya Bulan serta bekerja sama dengan sejumlah perusahaan swasta.

"Faktor pengurangan biaya sepuluh kali telah mengubah semuanya," ujar Mark Hopkins, pemimpin komite ekskutif National Space Society dalam sebuah pernyataan media.

Studi tersebut memang diselenggarakan oleh National Space Society dan Space Frontier Foundation. Keduanya adalah organisasi nirlaba yang membantu membangun pemukiman manusia di luar Bumi. Studi ini sudah ditinjau oleh tim independen yang berisi eksekutif NASA, astronaut, dan pakar kebijakan antariksa.

Mengenai kerjasama dengan perusahaan lain, kemungkinan NASA bisa saja menjalinnya dengan badan antariksa Eropa, ESA, yang belakangan menyampaikan ide gilanya untuk membangun desa di Bulan.

Sementara perkiraan hemat biaya NASA lainnya diduga memang berasal dari kerjasamanya dengan Boeing dan SpaceX yang bakal menyediakan taksi antariksa untuk para astronaut ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Sebagai contoh, SpaceX selama ini dikenal mengeluarkan biaya hanya US$ 443 juta atau setara Rp 5,9 triliun untuk mengembangkan roket Falcon 9 dan kapsul Dragon. Sementara NASA tinggal membayar sekitar US$ 4 miliar atau berkisar Rp 53 triliun.

Nah, para pelaku studi ini juga berharap penghematan hampir 90 persen juga akan memperpanjang masa mengorbit di Bumi.

Sama seperti tujuan SpaceX yaitu menciptakan roket yang bisa digunakan kembali, rencana NASA ini juga bakal bergantung pada pengembangan pesawat antariksa dan rover pendarat Bulan yang reusable agar menghemat biaya. Kemudian, menambang bahan bakar dari permukaan Bulan juga dipercaya bisa menghemat biaya untuk berkunjung kembali ke sana.

Data yang diperoleh satelit Lunar Crater Observation and Sensing Satellite (LCROSS) nenunjukan bahwa air es kemungkinan sangat banyak di Bulan, khususnya di dekat kutubnya. Hal ini dianggap penting karena air bisa diolah menjadi daya pendorong hidrogen untuk roket, serta oksigen untuk pernafasan manusia.

Sebelumnya, Profesor Johann-Dietrich Woerner selaku Director General di ESA mengumumkan mimpi ambisiusnya untuk membangun desa di Bulan.

Menurut Woerner, desa di Bulan tidak berarti harus ada rumah-rumah, gereja, dan balai kota. "Desa Bulan bisa berarti bermitra dari seluruh dunia, berkontribusi untuk komunitas ini bersama robot dan astronaut serta mendukung satelit komunikasi," katanya.


Credit  CNN Indonesia