JAKARTA, CB – Meski pemanfaatan tenaga nuklir tidak ada dalam rencana pembangunan kelistrikan 35.000 megawatt yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo, namun Kementerian Risetk, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus melakukan upaya sosialisasi pemanfaatan nuklir di masyarakat. Salah satunya adalah melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mini non-komersial di Serpong, Tangerang Selatan.
“Saya coba mengenalkan PLTN ini kepada masyarakat. Saya coba bangun PLTN sebagai edukasi untuk masyarakat, bahwa nuklir ini aman dan efisien,” kata Menristekdikti, Muhammad Nasir, dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Minggu (12/4/2015).
Nasir mengakui, sosialisasi sebelumnya gagal yaitu pembangunan PLTN di semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah. Namun, pemerintah melanjutkan pembangunan PLTN Bangka Belitung (Babel) yang rencananya akan selesai pada 2016 mendatang.
Nasir menjelaskan, pembangunan PLTN di Serpong diharapkan selesai pada 2018. Saat ini, Kemenristekdikti sudah menganggarkan PLTN Serpong dalam APBN Perubahan 2015, untuk studi kelayakan termasuk design engineering.
“Kami sekarang bangun PLTN, kami wujudkan barangnya, reaktor daya eksperimen. Ini penting bagi saya. Bangsa Indonesia tidak bisa percaya begitu saja tanpa melihat wujud fisik, selalu dihantui Chernobyl dan di Fukushima, Jepang,” jelas Nasir.
Sementara itu terkait dengan program kelistrikan 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah, Nasir mengakui target tersebut cukup berat jika tanpa didukung pemanfaatan tenaga nuklir. Nasir mengungkapkan, kebutuhan energi listrik yang tersedia saat ini 25.000 MW. Diperkirakan, sampai 2025 kebutuhan energi mencapai 60.000 MW.
“Sehingga dibutuhkan tambahan 35.000 MW itu. Pemerintah sendiri sanggup 15.000 MW, sisanya swasta. Problemnya selain pendanaan, semua itu berorientasi batubara, panas bumi, dan energi fosil. Kalau hanya mengandalkan ini, kalau 35.000 MW akan dipenuhi 2025, saya prediksikan cukup berat,” ucap Nasir.
Credit KOMPAS.com