Kamis, 16 April 2015

Embrio Kopassus, dari Tulehu & Hitu sampai Cijantung

Embrio Kopassus, dari Tulehu & Hitu sampai Cijantung
Pasukan Slamet Rijadi ketika memasuki Ambon menumpas RMS (Foto: Wikipedia)
JAKARTA (CB) - Menarik jika ingin menilik dan menarik benang merah jauh ke belakang, soal bagaimana lahirnya Komando Pasukan Khusus (Kopassus) AD yang hari ini, 16 April 2015, memperingati HUT ke-63.
Kopassus yang digagas Ignatius Slamet Rijadi, terilhami dari kepiawaian segelintir pasukan elite Belanda, Korps Speciale Troepen (KST) dan Depot Speciale Troepen (DST) pada masa pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), medio 1950.
Slamet Rijadi diperintahkan memimpin pasukan besar Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS), di bawah komando Letkol Alex Evert Kawilarang. Tapi pada suatu pendaratan di pantai utara Tulehu dan Hitu, 28 September 1950, pasukannya kewalahan dengan para sniper (penembak runduk) KST.
Disebutkan dalam “Memoar H.N (Herman Nicolas) Ventje Sumual” serta biografi “Ignatius Slamet Rijadi: Dari Mengusir Kempeitai Sampai Menumpas RMS”, Pasukannya juga tak kalah kewalahan di berbagai tempat, seperti Piru, Telaga Kodok, serta Piru, dalam upaya pasukan APRIS menerobos ke Ambon.
“Pas turun dari pantai Tulehu, mereka (APRIS) dihabisi sama sniper-sniper baret hijau DST,” tegas aktivis reka ulang sejarah, Firman Hendriansyah kepada Okezone via pesan singkat.
Begitupun di Piru dan Amahai. Bahkan di Amahai, pasukan APRIS dari Batalyon 352, diserang mendadak “ala komando”. Dalam serangan itu, pasukan APRIS kehilangan 22 personel serta direbutnya tiga pucuk senapan mesin ringan Bren.
Sementara pihak agresor hanya kehilangan empat anggotanya. Di balik tragedi itu, Slamet Rijadi mengaku terkesima dan kagum, sampai akhirnya mengharapkan Indonesia punya pasukan serupa yang bahkan lebih andal dan legendaris.
“Lewat peristiwa ini, Slamet Rijadi akhirnya menarik kesimpulan, bahwa serangan pasukan komando KST semacam ini kelak harus bisa dilakukan oleh anak buahnya. Serangan mengejutkan dengan personel terbatas, tapi dengan hasil yang maksimal,” tambahnya mengutip biografi Slamet Rijadi.
Dua tahun kemudian, Kawilarang seolah melanjutkan keinginan Slamet Rijadi yang gugur di Tulehu (4 November 1950), untuk membentuk pasukan elite Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).
Cikal-bakal Kopassus yang dibidani Mayor Mochamad Idjon Djanbi itu diresmikan berdiri 16 April 1952, oleh Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Abdoel Haris Nasution.
Kini, nama besar Kopassus sudah menuai banyak pengakuan dan pujian dunia internasional, berkat keberhasilan sejumlah operasi khusus.
Satuan elite yang bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur itu bahkan pantas disandingkan dengan pasukan komando negara lain macam SAS (Special Air Service) Inggris dan Delta Force Amerika Serikat.


Credit  Okezone