JAKARTA
- Kementerian Luar Negeri Indonesia menuturkan, Duta Besar Indonesia di
PBB di Jenewa, Hasan Kleib telah melakukan pembicaraan dengan
Komisioner Tinggi HAM (KTHAM) PBB, Michelle Bachelet mengenai Vanuatu.
Vanuatu memasukan tokoh separatis Papua, Benny Wenda dalam delegasi
mereka saat bertemu dengan Bachelet.
Benny Wenda adalah Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Dia pernah dipenjara karena aktivitas separatisnya dan mendapat suaka di Inggris.
Kemlu menyebut, dalam pembicaraan itu Bachelet mengaku "dijebak" oleh Vanuatu. Bachelet, papar Kemlu, tidak mengetahui bahwa ada seorang yang bukan delegasi Vanuatu dalam pertemuan tersebut.
Benny Wenda adalah Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Dia pernah dipenjara karena aktivitas separatisnya dan mendapat suaka di Inggris.
Kemlu menyebut, dalam pembicaraan itu Bachelet mengaku "dijebak" oleh Vanuatu. Bachelet, papar Kemlu, tidak mengetahui bahwa ada seorang yang bukan delegasi Vanuatu dalam pertemuan tersebut.
"Pada
tanggal 30 January 2019 siang hari, Wakil Tetap RI di Jenewa telah
melakukan pembicaraan telepon langsung dengan KTHAM, Michelle Bachelet.
KTHAM menyampaikan merasa “caught by surprise” dengan adanya anggota
delegasi yang bukan merupakan anggota Delegasi resmi Universal Periodic
Review (UPR) Vanuatu (Benny Wenda)," kata Kemlu.
"Kantor KTHAM senantiasa mendasarkan pada “good intention” dari negara anggota PBB ketika ingin bertemu dengannya. Langkah Vanuatu tersebut tidak menunjukkan “good intention," sambungnya dalam keterangan pers yang diterima Sindonews pada Kamis (31/1).
Dalam keteranganya, Kemlu mengatakan, KTHAM cukup kaget ketika berita mengenai pertemuan tersebut diberitakan secara luas oleh Benny Wenda yang bukan merupakan anggota Delegasi Vanuatu.
"Kantor KTHAM senantiasa mendasarkan pada “good intention” dari negara anggota PBB ketika ingin bertemu dengannya. Langkah Vanuatu tersebut tidak menunjukkan “good intention," sambungnya dalam keterangan pers yang diterima Sindonews pada Kamis (31/1).
Dalam keteranganya, Kemlu mengatakan, KTHAM cukup kaget ketika berita mengenai pertemuan tersebut diberitakan secara luas oleh Benny Wenda yang bukan merupakan anggota Delegasi Vanuatu.
Sebelumnya
diwartakan, pekan lalu Benny Wenda mengaku telah menyerahkan petisi
kepada Bachelet. Petisi yang diklaim berisi 1,8 juta tanda tangan itu
berisi tuntutan referendum kemerdekaan. Pentolan separatis itu berharap
PBB akan mengirim misi pencarian fakta ke provinsi Papua Barat yang dia
klaim ada dugaan pelanggaran HAM.
Benny Wenda mengaku telah berbicara dengan Bachelet tentang situasi di wilayah Nduga. Menurutnya, di wilayah itu setidaknya 11 orang telah terbunuh dan lebih banyak lagi yang tewas setelah melarikan diri ke hutan untuk menghindari pasukan Indonesia. Benny bahkan mengklaim sekitar22.000orang telah telantar.
Benny Wenda mengaku telah berbicara dengan Bachelet tentang situasi di wilayah Nduga. Menurutnya, di wilayah itu setidaknya 11 orang telah terbunuh dan lebih banyak lagi yang tewas setelah melarikan diri ke hutan untuk menghindari pasukan Indonesia. Benny bahkan mengklaim sekitar22.000orang telah telantar.
Credit sindonews.com