Presiden Nicolas Maduro menuduh pemerintah
Amerika Serikat mengarang isu krisis di Venezuela untuk memicu perang di
Amerika Selatan. (Reuters/Eduardo Munoz)
Jakarta, CB -- Presiden Nicolas Maduro menuduh pemerintah Amerika Serikat mengarang isu krisis di Venezuela untuk memicu perang di Amerika Selatan.
"Mereka berusaha mengarang krisis untuk membenarkan eskalasi politik dan intervensi militer di Venezuela untuk membawa perang ke Amerika Selatan," ujar Maduro sebagaimana dikutip AFP.
Maduro mengatakan bahwa AS hanya menginginkan minyak dari Venezuela dan rela berperang demi mendapatkannya.
"Pemerintah ekstremis Ku Klux Klan yang disutradarai Donald Trump menginginkan perang atas minyak, dan lebih dari sekadar minyak," kata Maduro, menggambarkan Venezuela sebagai "negara yang pasifis dan rendah hati."
"Mereka berusaha mengarang krisis untuk membenarkan eskalasi politik dan intervensi militer di Venezuela untuk membawa perang ke Amerika Selatan," ujar Maduro sebagaimana dikutip AFP.
Maduro mengatakan bahwa AS hanya menginginkan minyak dari Venezuela dan rela berperang demi mendapatkannya.
"Pemerintah ekstremis Ku Klux Klan yang disutradarai Donald Trump menginginkan perang atas minyak, dan lebih dari sekadar minyak," kata Maduro, menggambarkan Venezuela sebagai "negara yang pasifis dan rendah hati."
Selama ini, Venezuela memang dilaporkan mengalami krisis akibat
hiperinflasi hingga membuat warganya kesulitan mendapatkan kebutuhan
sehari-hari.
Di tengah isu krisis ini, AS menyatakan dukungan kepada Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mendeklarasikan diri sebagai presiden interim Venezuela ketika demonstrasi besar-besaran anti-Maduro meluas pada Januari lalu.
AS pun mengundang Guaido untuk menghadiri pertemuan Grup Lima yang berisi negara-negara Amerika Latin dan Kanada. Dalam pertemuan di Bogota itu, Wakil Presiden AS, Mike Pence mengumumkan bantuan sebesar US$56 juta atau setara dengan Rp783,7 untuk Venezuela.
Di tengah isu krisis ini, AS menyatakan dukungan kepada Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mendeklarasikan diri sebagai presiden interim Venezuela ketika demonstrasi besar-besaran anti-Maduro meluas pada Januari lalu.
AS pun mengundang Guaido untuk menghadiri pertemuan Grup Lima yang berisi negara-negara Amerika Latin dan Kanada. Dalam pertemuan di Bogota itu, Wakil Presiden AS, Mike Pence mengumumkan bantuan sebesar US$56 juta atau setara dengan Rp783,7 untuk Venezuela.
Guaido
sendiri dicekal tak lama setelah mendeklarasikan diri sebagai presiden
interim. Ketika ditanya apakah dia akan mengizinkan Guaido kembali ke
Venezuela, Maduro menjawab, "Dia harus menghormati hukum."
"[Guaido] bisa pergi dan kembali dan harus menghadapi hukum karena hukum melarangnya untuk meninggalkan negara ini."
Maduro pun mengecam pertemuan di Bogota yang disebutnya sebagai "politik untuk membentuk pemerintahan paralel di Venezuela." Namun Maduro mengaku siap berpartisipasi dalam "dialog langsung" dengan pemerintahan Trump.
"[Guaido] bisa pergi dan kembali dan harus menghadapi hukum karena hukum melarangnya untuk meninggalkan negara ini."
Maduro pun mengecam pertemuan di Bogota yang disebutnya sebagai "politik untuk membentuk pemerintahan paralel di Venezuela." Namun Maduro mengaku siap berpartisipasi dalam "dialog langsung" dengan pemerintahan Trump.
Credit cnnindonesia.com