Kelanjutan kompleks nuklir Korut, Yongbyon,
diperkirakan menjadi salah satu isu yang tersaji di meja perundingan Kim
Jong-un dan Presiden Donald Trump. (AFP Photo/Jung Yeon-je)
Jakarta, CB -- Kelanjutan kompleks nuklir Korea Utara, Yongbyon, diperkirakan menjadi salah satu isu yang tersaji di meja perundingan Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Vietnam hari ini, Kamis (28/2).
Terletak sekitar 100 kilometer di utara Pyongyang, kompleks ini memang disebut-sebut sebagai jantung pengembangan program senjata nuklir Korut.
Dibuka pada 1986, Yongbyon merupakan tempat reaktor nuklir pertama Korut berdiri. Dengan kapasitas lima megawatt, reaktor itu menjadi satu-satunya sumber plutonium untuk program senjata Korut.
Di dalam kompleks tersebut, Korut juga memproduksi sejumlah bahan kunci untuk bom nuklir, seperti uranium yang sudah melalui proses pengayaan tinggi dan trititum.
Terletak sekitar 100 kilometer di utara Pyongyang, kompleks ini memang disebut-sebut sebagai jantung pengembangan program senjata nuklir Korut.
Dibuka pada 1986, Yongbyon merupakan tempat reaktor nuklir pertama Korut berdiri. Dengan kapasitas lima megawatt, reaktor itu menjadi satu-satunya sumber plutonium untuk program senjata Korut.
Di dalam kompleks tersebut, Korut juga memproduksi sejumlah bahan kunci untuk bom nuklir, seperti uranium yang sudah melalui proses pengayaan tinggi dan trititum.
Seorang peneliti nuklir yang sudah empat kali ke Yongbyon, Siegfried Hecker, mengatakan bahwa kompleks itu memproduksi cukup material untuk membuat lima hingga tujuh bom atom pada 2018.
Nama Yongbyon pun kerap kali muncul ke permukaan setiap Korut merundingkan program nuklirnya dengan AS.
Saat bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, Kim mengatakan bahwa Korut akan menawarkan "penghancuran permanen" Yongbyon jika AS mengambil "tindakan setimpal."
Kim merujuk pada permintaannya selama ini, yaitu AS mencabut sanksi
secara bertahap seiring dengan upaya Korut melucuti senjata nuklir.
Namun, AS berkeras sanksi akan tetap berlaku hingga Korut benar-benar
melakukan denuklirisasi.
Di masa lalu, Korut sendiri sudah beberapa kali sepakat untuk menutup kompleks Yongbyon. Reaktor utama di Yongbyon bahkan sudah pernah ditutup pada 1994 di bawah kesepakatan dengan Washington.
Meski demikian, Korut kembali mengoperasikan reaktor nuklir itu pada 2003, setelah kesepakatan itu gagal.
Kesepakatan baru untuk menutup reaktor itu tercapai pada 2007. Korut
menunjukkan komitmennya dengan meledakkan menara pendingin di Yongbyon.
Namun, kesepakatan itu kembali dibatalkan karena hubungan AS dan Korut memanas. Pyongyang lantas mengaktifkan kembali reaktor tersebut dengan mendinginkannya menggunakan air sungai.
Peneliti dari One Earth Future, Melissa Hanham, pun menganggap sikap terdahulu Korut ini menunjukkan bahwa perjanjian penghentian operasi di Yongbyon saja tidak cukup.
Yongbyon juga diyakini bukan satu-satunya fasilitas pengayaan uranium di Korut. Intelijen AS meyakini Korut memiliki setidaknya dua tempat pengayaan uranium lainnya.
Di masa lalu, Korut sendiri sudah beberapa kali sepakat untuk menutup kompleks Yongbyon. Reaktor utama di Yongbyon bahkan sudah pernah ditutup pada 1994 di bawah kesepakatan dengan Washington.
Meski demikian, Korut kembali mengoperasikan reaktor nuklir itu pada 2003, setelah kesepakatan itu gagal.
Di masa lalu, Korut sendiri sudah beberapa kali sepakat untuk menutup kompleks Yongbyon. (AFP Photo/Jung Yeon-je)
|
Namun, kesepakatan itu kembali dibatalkan karena hubungan AS dan Korut memanas. Pyongyang lantas mengaktifkan kembali reaktor tersebut dengan mendinginkannya menggunakan air sungai.
Peneliti dari One Earth Future, Melissa Hanham, pun menganggap sikap terdahulu Korut ini menunjukkan bahwa perjanjian penghentian operasi di Yongbyon saja tidak cukup.
Yongbyon juga diyakini bukan satu-satunya fasilitas pengayaan uranium di Korut. Intelijen AS meyakini Korut memiliki setidaknya dua tempat pengayaan uranium lainnya.
Penutupan kompleks ini pun dianggap tak bisa dikatakan sebagai sinyal penghentian program atom Korut.
"[Penutupan Yongbyon] mungkin memperlambat penambahan material fisi nuklir, tapi tak akan menghentikannya," kata peneliti dari Middlebury Institute of International Studies, Jeffrey Lewis.
Menurut Lewis, Korut bahkan sudah memproduksi material fisi nuklir untuk membuat bom lebih banyak.
"Penting untuk mengetahui pasti apa yang akan dicapai dari penutupan [Yongbyon] dan apa yang tidak," kata Lewis.
"[Penutupan Yongbyon] mungkin memperlambat penambahan material fisi nuklir, tapi tak akan menghentikannya," kata peneliti dari Middlebury Institute of International Studies, Jeffrey Lewis.
Menurut Lewis, Korut bahkan sudah memproduksi material fisi nuklir untuk membuat bom lebih banyak.
"Penting untuk mengetahui pasti apa yang akan dicapai dari penutupan [Yongbyon] dan apa yang tidak," kata Lewis.
Credit cnnindonesia.com