Ilustrasi keluarga militan ISIS di Suriah. (Delil souleiman / AFP)
Jakarta, CB -- Ribuan anak-anak para pengikut Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)
yang selamat dari peperangan kini kondisinya memprihatinkan. Mereka
dilaporkan mengalami tekanan psikologis akibat kerap melihat kekerasan
dan perang.
Menurut sebuah badan amal Inggris, Save the Children, menyatakan anak-anak yang melarikan diri dari daerah kekuasaan ISIS kemungkinan besar mengalami gangguan kejiwaan karena telah menyaksikan tindakan brutal. Apalagi mereka juga menghadapi pengeboman dan pertempuran yang terjadi secara intens di basis pertahanan terakhir kelompok itu.
"Anak-anak menunjukkan tanda-tanda tekanan psikologis, seperti perasaan gugup, tidak percaya diri, bersikap agresif serta mengalami mimpi buruk dan mengompol, terutama anak-anak berusia 10 hingga 14 tahun," demikian keterangan Save the Children, seperti dilansir AFP, Rabu (27/2).
"Banyak orang mungkin membutuhkan perawatan kesehatan mental dan psikososial jangka panjang agar dapat pulih dari apa yang mereka alami," lanjut isi pernyataan itu.
Menurut sebuah badan amal Inggris, Save the Children, menyatakan anak-anak yang melarikan diri dari daerah kekuasaan ISIS kemungkinan besar mengalami gangguan kejiwaan karena telah menyaksikan tindakan brutal. Apalagi mereka juga menghadapi pengeboman dan pertempuran yang terjadi secara intens di basis pertahanan terakhir kelompok itu.
"Anak-anak menunjukkan tanda-tanda tekanan psikologis, seperti perasaan gugup, tidak percaya diri, bersikap agresif serta mengalami mimpi buruk dan mengompol, terutama anak-anak berusia 10 hingga 14 tahun," demikian keterangan Save the Children, seperti dilansir AFP, Rabu (27/2).
"Banyak orang mungkin membutuhkan perawatan kesehatan mental dan psikososial jangka panjang agar dapat pulih dari apa yang mereka alami," lanjut isi pernyataan itu.
Lembaga itu mencontohkan seorang anak pengikut ISIS bernama Mai (11) mengaku menyaksikan pemancungan dan tindak kekerasan lain. Dia menyatakan terus teringat akan kejadian itu.
"Setiap kali mereka melihat seorang perempuan berbicara dengan seorang lelaki, mereka akan melempari keduanya dengan batu, dan mereka akan memenggal kepala tahanan di depan keluarganya," katanya Mai.
"Aku selalu berusaha untuk tidak melihat ketika ada pemenggalan. Aku akan bersembunyi di belakang ibuku," lanjut Mai.
Di kamp Al-Hol, Save the Children mengatakan telah menyiapkan ruang rekreasi untuk anak-anak, serta pusat penanganan anak-anak yang tidak memiliki pendamping.
"Di
antaranya pendanaan dan akses untuk manajemen permasalahan serta
layanan perlindungan, termasuk juga repatriasi anak-anak asing ke negara
asal mereka," kata direktur respons Save the Children's Suriah, Sonia
Khush.
Sonia mengatakan lebih dari 2.500 anak-anak militan asing ISIS dari 30 negara, termasuk 1.100 yang melarikan diri dari pertahanan terakhir ISIS, Baghouz sejak Januari, saat ini tinggal di tiga kamp pengungsi di timur laut Suriah.
Ribuan orang diyakini tetap berada di Baghouz yang menjadi wilayah terakhir ISIS yang pernah menduduki Suriah dan Irak dan memerintah jutaan orang.
Menurut lembaga Observatory for Human Rights Suriah yang berbasis di Inggris, sekitar 50 ribu orang telah keluar dari pertahanan terakhir ISIS, di Lembah Eufrat, sejak Desember 2018.
Sonia mengatakan lebih dari 2.500 anak-anak militan asing ISIS dari 30 negara, termasuk 1.100 yang melarikan diri dari pertahanan terakhir ISIS, Baghouz sejak Januari, saat ini tinggal di tiga kamp pengungsi di timur laut Suriah.
Ribuan orang diyakini tetap berada di Baghouz yang menjadi wilayah terakhir ISIS yang pernah menduduki Suriah dan Irak dan memerintah jutaan orang.
Menurut lembaga Observatory for Human Rights Suriah yang berbasis di Inggris, sekitar 50 ribu orang telah keluar dari pertahanan terakhir ISIS, di Lembah Eufrat, sejak Desember 2018.
Perang saudara di Suriah telah menewaskan lebih dari 360 ribu orang dan jutaan orang terlantar sejak dimulai pada 2011 dengan banyaknya penindasan brutal atas protes anti-pemerintah.
Credit cnnindonesia.com