KAIRO
- Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit menuduh Turki dan
Iran mengganggu stabilitas kawasan dengan ikut campur dalam konflik yang
terjadi di Libya, Suriah, dan Yaman.
Berbicara pasca pertemuan Liga Arab dan Uni Eropa (UE) di Kairo, Mesir, Gheit menuturkan Liga Arab dan UE menyayangkan konflik yang terus berlanjut di Libya, Suriah dan Yaman. Dia lalu menyebut, konflik di sana menjadi lebih rumit setelah adanya campur tangan asing, seperti Iran dan Turki.
"Kami (bersama-sama dengan UE) berbagi keprihatinan atas konflik militer yang sedang berlangsung di Yaman, Libya dan Suriah serta campur tangan asing di dalamnya, baik yang Iran maupun Turki," kata Gheit, seperti dilansir Sputnik pada Senin (25/2).
Berbicara pasca pertemuan Liga Arab dan Uni Eropa (UE) di Kairo, Mesir, Gheit menuturkan Liga Arab dan UE menyayangkan konflik yang terus berlanjut di Libya, Suriah dan Yaman. Dia lalu menyebut, konflik di sana menjadi lebih rumit setelah adanya campur tangan asing, seperti Iran dan Turki.
"Kami (bersama-sama dengan UE) berbagi keprihatinan atas konflik militer yang sedang berlangsung di Yaman, Libya dan Suriah serta campur tangan asing di dalamnya, baik yang Iran maupun Turki," kata Gheit, seperti dilansir Sputnik pada Senin (25/2).
Dia
kemudian mengatakan bahwa tidak ada solusi militer untuk konflik di
Yaman, Libya dan Suriah, serta menunjukkan perlunya menjaga integritas
wilayah negara-negara ini.
Terkait pertemuan Liga Arab-UE, pertemuan ini dilaporkan membahas mengenai itu multilateralisme, perdagangan dan investasi, migrasi, keamanan, dan situasi di kawasan.
Pertemuan persiapan yang sebelumnya berlangsung di Brussel pada 4 Februari, bagaimanapun, gagal menghasilkan deklarasi bersama, yang dilaporkan karena kurangnya konsensus tentang isu-isu tertentu dan konflik Timur Tengah yang sedang berlangsung.
Terkait pertemuan Liga Arab-UE, pertemuan ini dilaporkan membahas mengenai itu multilateralisme, perdagangan dan investasi, migrasi, keamanan, dan situasi di kawasan.
Pertemuan persiapan yang sebelumnya berlangsung di Brussel pada 4 Februari, bagaimanapun, gagal menghasilkan deklarasi bersama, yang dilaporkan karena kurangnya konsensus tentang isu-isu tertentu dan konflik Timur Tengah yang sedang berlangsung.
Credit sindonews.com