Presiden Iran, Hassan Rouhani. (REUTERS/Alessandro Bianchi)
Jakarta, CB -- Presiden Iran, Hassan Rouhani,
menolak pengunduran diri Mohammad Javad Zarif dari posisi Menteri Luar
Negeri. Namun, Juru Bicara Kepresidenan, Bahram Qasemi, tidak memaparkan
alasan penolakan itu.
"Kantor kepresidenan menyatakan pengunduran diri itu tidak diterima," kata Bahram, seperti dilansir CNN, Rabu (27/2).
Zarif mengundurkan diri secara tiba-tiba melalui Instagram pada Senin (25/2). Dalam wawancara dengan kantor berita ISNA, dia berharap sikap itu bisa mengembalikan posisi lembaga yang dipimpinnya untuk melaksanakan tugas dan kewajiban secara menyeluruh.
Pengumuman Zarif tersebut muncul beberapa jam setelah Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, mengunjungi Teheran. Sejumlah petinggi parlemen Iran segera mendesak Rouhani untuk tidak menerima pengunduran diri Zarif.
"Kantor kepresidenan menyatakan pengunduran diri itu tidak diterima," kata Bahram, seperti dilansir CNN, Rabu (27/2).
Zarif mengundurkan diri secara tiba-tiba melalui Instagram pada Senin (25/2). Dalam wawancara dengan kantor berita ISNA, dia berharap sikap itu bisa mengembalikan posisi lembaga yang dipimpinnya untuk melaksanakan tugas dan kewajiban secara menyeluruh.
Pengumuman Zarif tersebut muncul beberapa jam setelah Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, mengunjungi Teheran. Sejumlah petinggi parlemen Iran segera mendesak Rouhani untuk tidak menerima pengunduran diri Zarif.
Zarif telah menjabat sebagai menteri luar negeri sejak Agustus 2013. Dia adalah salah satu tokoh kunci dalam perjanjian nuklir dengan Amerika Serikat pada 2015 lalu, yang dibatalkan sepihak oleh Presiden Donald Trump pada tahun lalu.
Zarif pergi ke AS sejak 1977 untuk belajar. Dia kuliah di Universitas Negeri San Francisco dan lulus empat tahun kemudian. Lantas dia melanjutkan studi untuk meraih gelar master dan doktor dalam ilmu hubungan internasional di Universitas Denver pada 1984 dan 1988.
Kedua anak Zarif lahir di AS. Dia juga dikenal dekat dengan kalangan diplomat dan negara Barat, serta fasih berbahasa Inggris.
Menurut informasi yang dihimpun, pengunduran diri Zarif adalah karena perselisihan di tubuh pemerintah Iran antara kelompok moderat yang dipimpin Rouhani, dan kelompok garis keras yang diwakili oleh Garda Revolusi dan pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei.
Kaum ultra-konservatif menyalahkan Zarif karena dianggap menegosiasikan kesepakatan yang buruk. Mereka menganggap perjanjian nuklir itu tak membawa keuntungan bagi Iran secara singifikan.
Zarif sempat mengakui bahwa tantangan paling besar selama menegosiasikan perjanjian nuklir tersebut adalah tekanan dari dalam negeri.
Rouhani sempat mencoba membujuk Zarif dalam pidatonya saat menyambut Assad. Namun, belum ada reaksi dari Zarif.
Credit cnnindonesia.com