Jared Kushner melakukan tur ke sejumlah negara di Timur Tengah.
CB,
ANKARA -- Penasihat Gedung Putih Jared Kushner telah tiba di Turki,
Rabu (27/2). Ia akan membicarakan rencana perdamaian Amerika Serikat
(AS) untuk Timur Tengah atau dikenal dengan istilah "
Deal of the Century" dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Menurut
keterangan yang dirilis kantor kepresidenan Turki, Kushner dijadwalkan
melakukan pembicaraan pada pukul 15.00 waktu setempat. Namun belum ada
informasi apakah mereka akan memberi keterangan pers seusai pertemuan.
Erdogan
merupakan sosok yang cukup vokal mengkritik kebijakan pemerintahan AS
di bawah kepemimpinan Donald Trump. Pada Mei tahun lalu, Erdogan
menyebut bahwa AS telah kehilangan perannya sebagai mediator di Timur
Tengah.
Hal itu disebabkan keputusan Negeri Paman Sam
memindahkan kedutaan besarnya untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"AS telah memilih untuk menjadi bagian dari masalah daripada solusi,"
kata Erdogan.
Sementara itu, Kushner memang sedang
melakukan tur Timur Tengah. Selain Turki, dia dijadwalkan mengunjungi
beberapa negara lainnya, seperti Oman, Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat
Arab (UEA), dan Qatar.
Menantu Presiden AS Donald Trump itu hendak mempromosikan
Deal of the Century,
termasuk tentang rencana perdamaian Israel-Palestina. Kushner juga akan
berusaha mencari dukungan regional untuk rencana ekonomi, yang
diperkirakan mencakup proposal pendanaan internasional untuk Jalur Gaza.
Namun dalam turnya ke beberapa negara Arab, Kushner disebut belum akan mengungkap tentang komponen politik dalam
Deal of the Century, yang mencakup masalah inti dari konflik Palestina dengan Israel.
Kendati AS belum mempublikasikan secara menyeluruh isi dari
Deal of the Century, namun Palestina telah menyatakan tidak akan menerima rancangan perdamaian tersebut. Sebab ia meyakini,
Deal of the Century
tidak lagi mencantumkan isu-isu vital seperti status Yerusalem dan
nasib jutaan pengungsi Palestina yang tersebar di beberapa negara Arab.
Palestina
diketahui telah mundur dari perundingan damai dengan Israel yang
dimediasi AS. Hal itu dilakukan setelah AS mengakui Yerusalem sebagai
ibu kota Israel pada Desember 2017. Palestina menganggap AS tidak lagi
dapat diandalkan sebagai mediator yang netral karena jelas membela
kepentingan politik Israel.