Oposisi Venezuela membujuk pejabat Partai Sosialis untuk pemerintahan transisi.
CB,
CARACAS -- Oposisi pemerintah Venezuela mencoba menyakinkan pejabat
Partai Sosialis untuk bergabung dengan pemerintah transisi. Mereka
mengubah fokus dari menggulingkan pemerintah Presiden Nicolas Maduro
yang tengah menghadapi tekanan masyarakat internasional dan sanksi
Amerika Serikat.
Pada bulan lalu, ketua oposisi dan Kongres Venezuela Juan Guaido atas
nama konstitusi mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai presiden
sementara. Menurutnya pemilihan umum 2018 yang dimenangkan Maduro tidak
sah.
Guaido langsung mendapat pengakuan dari AS dan negara
Amerika Latin agar posisinya aman Guaido mengajukan amnesti kepada
militer Venezuela yang mendukungnya. Tapi hanya sedikit yang akhirnya
membelot.
Perwira-perwira
tertinggi militer Venezuela masih mendukung Maduro. Meredupkan harapan
krisis ekonomi yang membuat jutaan rakyat Venezuela mengungsi dan
menciptakan krisis kemanusiaan dapat segera berakhir.
Di
tengah kekhawatiran perubahan telah terhenti selama beberapa pekan
terakhir ketua oposisi mulai berbicara tentang membawa Partai Sosialis
mendukung pemerintahan transisi yang potensial. "Transisi ini
membutuhkan kesepakatan nasional yang besar antara kekuatan politik di
negeri ini," kata Wakil Presiden badan legislatif Venezuela National
Assembly, Edgar Zambrano, Kamis (21/2).
Zambrano mengatakan
transisi pemerintah ini harus melibatkan 'Chavismo'. Pergerakan
sayap-kiri yang didirikan pemimpin Venezuela sebelumnya Hugo Chavez,
orang yang menunjuk Maduro sebagai penggantinya.
"Anda
tidak bisa menghilangkan Chavismo dan Anda tidak bisa yang disiksa
menjadi penyiksa, ini bukan politik balas dendam," kata Zambrano.
Belum
diketahui bagaimana oposisi membangun jembatan dengan Partai Sosialis.
Para pemimpin oposisi mengatakan mereka tetap mempertahankan komunikasi
dengan pejabat-pejabat pemerintah dan perwira militer tapi pembicaraan
tersebut dilakukan secara rahasia untuk menghindari dampak yang dapat
terjadi pada mereka yang terlibat.
Maduro mengatakan ia
korban dari upaya kudeta yang dilakukan AS. Ia juga menolak untuk
mengundurkan diri. Banyak pendukung oposisi yang berharap dapat melihat
Maduro dan sekutunya diasingkan atau dipenjara akan frustasi dengan
upaya membawa mereka ke dalam masa transisi.
Keputusuan
Guaido untuk mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara membuat
oposisi Venezuela yang terpecah-pecah. Deklarasi itu juga memicu unjuk
rasa besar-besaran di jalan, berharap perubahan dapat segera terjadi
setelah banyak negara yang memberikan dukungan kepada Guaido. Apalagi,
ditambah sanksi AS yang menekan industri minyak yang sangat vital bagi
Venezuela.
Ada beberapa pemimpin opisisi yang diam-diam
memprediksi pada 23 Januari militer akan mengumumkan mendukung Guaido.
Tapi petinggi militer tetap diam setelah berjam-jam Guaido mengumumkan
pendeklarasian dirinya, mendorong spekulasi Maduro melakukan negosiasi
dengan petinggi militer agar mereka tidak pindah haluan.
Hanya
ada segelintir perwira aktif yang mendukung Guaido. Ekspektasi
pengumuman cepat militer telah memberi jalan kepada proses peralihan
kekuasaan yang lambat dan rumit baik bagi Venezuela maupun AS.
"Saya
tidak berpikir (AS) mengerti kerumitan sasaran, yakin Venezuela; semua
keamanan yang tumpang-tindih yang dimiliki Maduro; hal-hal yang
diinginkannya," kata salah satu mantan pejabat pemerintah AS yang masih
berhubungan dengan pemerintah saat ini.
Gagasan persatuan
di Venezuela sebenarnya dimasukkan ke dalam ketentuan Undang-undang
Transisi yang diloloskan National Assembly bulan lalu. Empat partai
utama oposisi mendukung gagasan tersebut. Tapi dalam beberapa pekan
terakhir ini pembahasan tentang gagasan tersebut semakin meningkat.
"Orang-orang harus mengerti Chavismo tidak hanya Maduro," kata anggota legislatif Venezuela Stalin Gonzalez, pekan lalu.
Beberapa
pendukung oposisi mengatakan mereka terbuka dengan sosialis tingkat
menengah atau mantan anggota sosialis. Tapi tidak dengan pejabat tinggi
Partai Sosialis.
"Mereka harus membayar apa yang mereka
lakukan," kata Maria Elena Fonseca, perempuan 78 tahun yang kesulitan
memenuhi kebutuhan hidup meski bekerja sebagai psikolog.
Seperti
rakyat Venezuela lainnya Fonseca melihat penghasilannya terus terkikis
dengan hiperinflansi yang kini mencapai 2 juta persen. Fonseca dikirimi
uang oleh putrinya yang mengungsi ke luar negeri bersama 3 juta orang
Venezuela lainnya.
"Ini bukan tentang balas dendam, ini tentang keadilan," kata Fonseca