
F-35 Lighting II Angkatan Laut Amerika
Serikat dalam satu misi. Pesawat tempur berteknologi stealth versi
angkatan laut ini berukuran lebih besar dan dengan tenaga lebih mumpuni
agar dia bisa beroperasi dari kapal induk. Semua sistem senjata udara
yang diadopsi Amerika Serikat dan NATO bisa dia bawa, di antaranya
peluru kendali AIM-9L/MX Sidewinder, MBDA Meteor, hingga bom nuklir B61
Mod 12, yang tidak dibagi Amerika Serikat untuk sekutunya. Pesawat
tempur ini mirip dengan F-22 Raptor yang akan menjadi teman duetnya di
udara, dan dibuat dalam tiga varian, yaitu F-35A, F-35B, dan F-35C.
(en.wikipedia.org)
Washington (CB) - Militer Amerika Serikat pada Rabu (6/2)
mengumumkan rencana untuk menggunakan sistem senjata pertahanan udara
yang dikembangkan oleh Israel.
Sistem tersebut, Iron Dome, dimaksudkan untuk mengisi keperluan jangka pendek bagi program Kemampuan Perlindungan Tembakan Tak Langsung (IFPC), yang dirancang oleh AS untuk mempertahankan diri dari serangan roket, rudal jelajah dan pesawat tanpa awak.
Sistem tersebut akan dikirim ke daerah tempat tentara AS dikerahkan dan bukan digunakan sebagai perlindungan buat wilayah Amerika.
"Iron Dome akan dinilai dan diujicobakan sebagai sistem yang saat ini tersedia untuk melindungi anggota dinas militer AS, yang dikerahkan, dari banyak ancaman tembakan tak langsung dan ancaman udara," kata Kol. Patrick R. Seiber di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.
Sistem senjata itu pertama kali dikembangkan oleh perusahaan teknologi pertahanan Israel, Rafael, dan telah digunakan oleh militer Israel selama bertahun-tahun.
Menurut perusahaan pertahanan utama AS, Raytheon, 10 baterai Iron Dome digunakan oleh Israel. Masing-masing baterai memiliki jangkauan 60 mil persegi.
"Meskipun Iron Dome telah dioperasikan oleh Angkatan Udara Israel sejak 2011 dan terbukti efektif dalam pertempuran, mesti diperhatikan bahwa Militer AS akan menilai bermacam pilihan bagi penyelesaian IFPC jangka panjangnya," tambah Reiber.
Sistem tersebut, Iron Dome, dimaksudkan untuk mengisi keperluan jangka pendek bagi program Kemampuan Perlindungan Tembakan Tak Langsung (IFPC), yang dirancang oleh AS untuk mempertahankan diri dari serangan roket, rudal jelajah dan pesawat tanpa awak.
Sistem tersebut akan dikirim ke daerah tempat tentara AS dikerahkan dan bukan digunakan sebagai perlindungan buat wilayah Amerika.
"Iron Dome akan dinilai dan diujicobakan sebagai sistem yang saat ini tersedia untuk melindungi anggota dinas militer AS, yang dikerahkan, dari banyak ancaman tembakan tak langsung dan ancaman udara," kata Kol. Patrick R. Seiber di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.
Sistem senjata itu pertama kali dikembangkan oleh perusahaan teknologi pertahanan Israel, Rafael, dan telah digunakan oleh militer Israel selama bertahun-tahun.
Menurut perusahaan pertahanan utama AS, Raytheon, 10 baterai Iron Dome digunakan oleh Israel. Masing-masing baterai memiliki jangkauan 60 mil persegi.
"Meskipun Iron Dome telah dioperasikan oleh Angkatan Udara Israel sejak 2011 dan terbukti efektif dalam pertempuran, mesti diperhatikan bahwa Militer AS akan menilai bermacam pilihan bagi penyelesaian IFPC jangka panjangnya," tambah Reiber.
Credit antaranews.com