Rabu, 08 Agustus 2018

Trump Ancam Negara yang Masih Berbisnis dengan Iran


Trump Ancam Negara yang Masih Berbisnis dengan Iran
Presiden Donald Trump mengancam negara-negara yang masih berbisnis dengan Iran. (REUTERS/Jonathan Ernst)


Jakarta, CB -- Presiden Donald Trump mengancam negara-negara yang masih berhubungan bisnis dengan Iran setelah Amerika Serikat kembali menjatuhkan serangkaian sanksi sepihak terhadap negara di Timur Tengah itu pada Selasa (7/8).

Trump menganggap penerapan sanksi yang sebelumnya pernah dicabut di bawah perjanjian nuklir 2015 ini merupakan "yang paling menggigit."

"Sanksi Iran secara resmi telah diberlakukan. Serangkaian sanksi ini merupakan yang paling menggigit yang pernah diberlakukan dan pada November mendatang ini akan ditingkatkan lagi," kicau Trump melalui akun Twitternya pada Selasa pagi waktu AS.



"Siapa pun yang berbisnis dengan Iran TIDAK akan bisa berbisnis dengan Amerika Serikat. Saya meminta PERDAMAIAN DUNIA, tidak ada yang lain," kata presiden AS ke-45 itu.

Serangkaian sanksi AS mulai berlaku hari ini pukul 24.01 waktu lokal. Sanksi tersebut membatasi akses Iran untuk mendapatkan mata uang dolar Amerika dan industri-industri besar di negara itu seperti otomotif dan karpet.

Dalam perintah eksekutif yang dikeluarkan Senin (6/8), Trump mengatakan sanksi ini bertujuan memberi tekanan pada Iran di sektor finansial yang bisa menghasilkan "solusi akhir yang lengkap" atas ancaman dari Iran berupa antara lain pengembangan rudal dan kegiatan "jahat" di wilayah.

Dikutip AFP, sanksi AS tersebut nampaknya tidak akan berpengaruh terhadap ekonomi Iran dalam waktu dekat. Sebab, pasar Iran dianggap relatif naik dengan penguatan mata uang rial sebesar 20 persen sejak akhir pekan lalu.



Penguatan nilai mata uang ini terjadi setelah pemerintahan Presiden Hassan Rouhani melonggarkan aturan valuta asing dan memungkinkan impor emas dan bebas pajak.

Namun, penguatan sanksi AS yang akan berlaku pada November mendatang disebut akan berpengaruh bagi perekonomian negara tersebut. Sebab, peningkatan sanksi itu merembet kepada industri minyak, salah satu sektor utama Iran.

Pengetatan sanksi AS pada November mendatang dianggap bisa berpengaruh bahkan jika importir utama minyak Iran seperti China, India, dan Turki menolak mematuhi aturan Gedung Putih tersebut.



Credit  cnnindonesia.com