MOSKOW
- Kementerian Pertahanan Rusia mengecam Washington karena membocorkan
proposal rahasia dari Moskow tentang cara-cara memperluas kerja sama
militer di Suriah. Bocornya propsal rahasia itu membuat Moskow kecewa.
Selain kerja sama militer, proposal yang bocor itu juga mencakup kerja sama terkait penanganan masalah-masalah kemanusiaan di negeri Bashar al-Assad.
Tawaran dari Rusia yang diteruskan melalui saluran komunikasi rahasia antara militer dari kedua negara, pada awalnya dilaporkan oleh Reuters. Kantor berita itu mengklaim memperoleh bocoran memo proposal tersebut pemerintah AS.
Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi bahwa proposal kerja sama militer dikirim oleh Kepala Staf Umum Rusia, Jenderal Valery Gerasimov, kepada ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Joseph Dunford, pada pertengahan tahun Juli 2018.
"Ketidakmampuan pihak AS untuk mematuhi kesepakatan dalam memublikasikan kontak (antara dua militer) hanya dengan persetujuan kedua belah pihak telah mengecewakan," kata Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip Russia Today, Minggu (5/8/2018).
"Kami berharap bahwa pihak AS akan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran lebih lanjut dari kesepakatan bersama di masa depan," lanjut kementerian itu.
"Moskow terbuka untuk bekerja dengan pihak berwenang Suriah dalam memberikan jaminan keamanan kepada para pengungsi dari kamp Rukban di daerah al-Tanf yang dikendalikan AS dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk kepulangan mereka," imbuh kementerian itu.
Selain kerja sama militer, proposal yang bocor itu juga mencakup kerja sama terkait penanganan masalah-masalah kemanusiaan di negeri Bashar al-Assad.
Tawaran dari Rusia yang diteruskan melalui saluran komunikasi rahasia antara militer dari kedua negara, pada awalnya dilaporkan oleh Reuters. Kantor berita itu mengklaim memperoleh bocoran memo proposal tersebut pemerintah AS.
Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi bahwa proposal kerja sama militer dikirim oleh Kepala Staf Umum Rusia, Jenderal Valery Gerasimov, kepada ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Joseph Dunford, pada pertengahan tahun Juli 2018.
"Ketidakmampuan pihak AS untuk mematuhi kesepakatan dalam memublikasikan kontak (antara dua militer) hanya dengan persetujuan kedua belah pihak telah mengecewakan," kata Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip Russia Today, Minggu (5/8/2018).
"Kami berharap bahwa pihak AS akan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran lebih lanjut dari kesepakatan bersama di masa depan," lanjut kementerian itu.
"Moskow terbuka untuk bekerja dengan pihak berwenang Suriah dalam memberikan jaminan keamanan kepada para pengungsi dari kamp Rukban di daerah al-Tanf yang dikendalikan AS dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk kepulangan mereka," imbuh kementerian itu.
Kementerian Pertahanan Rusia juga siap untuk mengkoordinasikan masalah ranjau kemanusiaan, termasuk di Raqqa, serta menangani masalah kemanusiaan lainnya. Kerja sama akan berfungsi untuk membangun kembali kehidupan damai di Suriah serta membatasi upaya teroris untuk mencari rekrutan.
Moskow sekali lagi menggarisbawahi pentingnya saluran komunikasi yang aman dengan Washington di Suriah."Itu membantu dalam mencegah insiden antara angkatan bersenjata kita dan menemukan solusi yang dapat diterima bersama (untuk masalah yang mendesak), dengan mempertimbangkan kepentingan kedua negara," papar Kementerian Pertahanan Rusia.
Namun, proposal dari Rusia seperti diberitakan Reuters, mendapat respons dingin di Washington. Juru bicara Kepala Staf Gabungan AS Paula Dunn mengatakan; "Sesuai dengan praktik di masa lalu, kedua jenderal telah sepakat untuk merahasiakan percakapan mereka secara pribadi."
PBB sebelumnya memperkirakan bahwa membangun kembali Suriah setelah tujuh tahun konflik akan membutuhkan setidaknya USD250 miliar.
Credit sindonews.com