WASHINGTON
- Sebuah meteor dilaporkan telah menghantam bumi dan meledak dengan
kekuatan mencapai 2,1 kiloton bulan lalu. Namun Angkatan Udara Amerika
Serikat (AS) tidak mengungkapkan kejadian tersebut.
Laboratorium Propulsi Jet NASA mengkonfirmasi sebuah objek dengan ukuran yang tidak diketahui melintasi bumi dengan kecepatan 24,4 kilometer per detik di Greenland, hanya 43 km sebelah utara dari peringatan dini serangan rudal Pangkalan Udara Thule pada 25 Juli 2018.
Direktur Proyek Informasi Nuklir untuk Federasi Ilmuwan Amerika, Hans Kristensen, men-tweet tentang dampaknya, tetapi Angkatan Udara Amerika belum melaporkan kejadian tersebut.
Kristensen berpendapat bahwa tidak ada peringatan dari pemerintah AS tentang insiden tersebut.
"Jika meteor itu memasuki bumi pada sudut yang lebih tegak lurus, meteor tersebut akan memukul bumi dengan kekuatan yang secara signifikan lebih besar," tulisnya pada Business Insider seperti dikutip dari Fox News, Sabtu (4/8/2018).
Kristensen menunjuk ke contoh meteor Chelyabinsk, sebuah batu antariksa 20 meter yang meledak di udara di atas Rusia tanpa peringatan pada tanggal 15 Februari 2013.
Meteor itu mempunyai ukuran sebuah rumah, lebih terang dari matahari dan terlihat hingga 100 kilometer jauhnya.
Sekitar 1.500 orang terluka oleh kaca dari jendela yang pecah atau efek lain dari dampak meteor ketika jatuh ke bumi, korban manusia terbesar yang diketahui akibat jatuhnya batuan luar angkasa.
"Insiden Chelyabinsk menarik perhatian luas pada apa yang lebih perlu dilakukan untuk mendeteksi asteroid yang lebih besar sebelum mereka menyerang planet kita," kata Pejabat Pertahanan NASA, Lindley Johnson.
"Ini adalah tanda peringatan kosmik," imbuhnya.
Menyusul insiden tahun 2013, Jaringan Peringatan Asteroid Internasional didirikan untuk membantu pemerintah mendeteksi dan menanggapi Objek Dekat Bumi.
Tetapi asteroid yang memasuki atmosfer bumi bukanlah hal yang tidak biasa.
Menurut sebuah penelitian yang direferensikan oleh Kristensen, sebuah meteor menghantam bumi setiap 13 hari selama periode 20 tahun. Kebanyakan pecah ketika memasuki atmosfer dan "tidak berbahaya."
Laboratorium Propulsi Jet NASA mengkonfirmasi sebuah objek dengan ukuran yang tidak diketahui melintasi bumi dengan kecepatan 24,4 kilometer per detik di Greenland, hanya 43 km sebelah utara dari peringatan dini serangan rudal Pangkalan Udara Thule pada 25 Juli 2018.
Direktur Proyek Informasi Nuklir untuk Federasi Ilmuwan Amerika, Hans Kristensen, men-tweet tentang dampaknya, tetapi Angkatan Udara Amerika belum melaporkan kejadian tersebut.
Kristensen berpendapat bahwa tidak ada peringatan dari pemerintah AS tentang insiden tersebut.
"Jika meteor itu memasuki bumi pada sudut yang lebih tegak lurus, meteor tersebut akan memukul bumi dengan kekuatan yang secara signifikan lebih besar," tulisnya pada Business Insider seperti dikutip dari Fox News, Sabtu (4/8/2018).
Kristensen menunjuk ke contoh meteor Chelyabinsk, sebuah batu antariksa 20 meter yang meledak di udara di atas Rusia tanpa peringatan pada tanggal 15 Februari 2013.
Meteor itu mempunyai ukuran sebuah rumah, lebih terang dari matahari dan terlihat hingga 100 kilometer jauhnya.
Sekitar 1.500 orang terluka oleh kaca dari jendela yang pecah atau efek lain dari dampak meteor ketika jatuh ke bumi, korban manusia terbesar yang diketahui akibat jatuhnya batuan luar angkasa.
"Insiden Chelyabinsk menarik perhatian luas pada apa yang lebih perlu dilakukan untuk mendeteksi asteroid yang lebih besar sebelum mereka menyerang planet kita," kata Pejabat Pertahanan NASA, Lindley Johnson.
"Ini adalah tanda peringatan kosmik," imbuhnya.
Menyusul insiden tahun 2013, Jaringan Peringatan Asteroid Internasional didirikan untuk membantu pemerintah mendeteksi dan menanggapi Objek Dekat Bumi.
Tetapi asteroid yang memasuki atmosfer bumi bukanlah hal yang tidak biasa.
Menurut sebuah penelitian yang direferensikan oleh Kristensen, sebuah meteor menghantam bumi setiap 13 hari selama periode 20 tahun. Kebanyakan pecah ketika memasuki atmosfer dan "tidak berbahaya."
Credit sindonews.com