MOSKOW
- Rusia mengancam akan melarang penjualan mesin roket kunci ke Amerika
Serikat sebagai tanggapan terhadap sanksi baru dari Washington. Sanksi
dijatuhkan setelah Moskow dituduh terlibat serangan racun Novichok
terhadap mantan agen ganda Kremlin, Sergei Skripal, di Inggris.
Ancaman disuarakan Sergei Ryabukhin, Ketua Komite Anggaran di Majelis Tinggi Parlemen Rusia. Dia menyebut pengumuman Washington soal penjatuhan sanksi kepada Moskow sebagai perilaku yang paling menjengkelkan dan sinis di pasar.
Dia menyerukan Presiden Vladimir Putin untuk merespons seperti ancaman yang dia gagas.
"Amerika Serikat akhirnya perlu memahami bahwa tidak ada gunanya berkelahi dengan Rusia, termasuk dengan bantuan sanksi," katanya, seperti dikutip Telegraph, Jumat (10/8/2018).
Dia mengatakan, Rusia dapat secara khusus menghentikan ekspor mesin roket RD-180 ke Washington. Mesin itu menggerakkan tahap awal dari roket Atlas 5 yang dibuat oleh Boeing dan Lockheed Martin.
Para anggota parlemen di Washington pernah melarang impor mesin roket itu tahun 2014. Namun, larangan dicabut secara parsial karena peluncuran satelit militer dan mata-mata AS bergantung pada RD-180.
Sejak diperkenalkan pada tahun 2002, roket Atlas 5 telah membawa pesawat ruang angkasa X-37B yang jadi andalan Washington untuk misis penjelajahan permukaan Mars.
Pesawat ruang angkasa itu dijadwalkan untuk membawa astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional dalam penerbangan berawak pertama pada 2019 setelah beberapa kali mengalami penundaan.
Perusahaan produsen RD-180 milik negara Rusia mengatakan pada akhir bulan lalu bahwa mereka telah menandatangani kontrak untuk mengirim enam mesin lagi ke Amerika Serikat hingga 2020.
Sanksi baru AS akan berlaku akhir bulan ini dan dirancang untuk mencegah perusahaan negara Rusia untuk mengakses persenjataan, bantuan keuangan atau teknologi yang terkait dengan keamanan nasional AS.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan sanksi AS itu benar-benar ilegal dan sangat tidak dapat diterima jika dikaitkan dengan kasus Skripal. Menurutnya, Inggris mengabaikan seruan Rusia untuk penyelidikan bersama.
"Sekali lagi kami menyangkal dalam hal terkuat tuduhan tentang kemungkinan hubungan negara Rusia dengan apa yang terjadi di Salisbury," kata Peskov. “Ini tidak mungkin. Rusia tidak memiliki, dan tidak memiliki koneksi dengan penggunaan senjata kimia."
Perwakilan Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dmitry Polyansky, menyebut sanksi itu sebagai "teater yang absurd" dengan alasan bahwa Washington telah melewatkan pengumpulan bukti untuk menyalahkan semua yang ada di Rusia, tidak peduli seberapa absurdnya itu.
Ancaman disuarakan Sergei Ryabukhin, Ketua Komite Anggaran di Majelis Tinggi Parlemen Rusia. Dia menyebut pengumuman Washington soal penjatuhan sanksi kepada Moskow sebagai perilaku yang paling menjengkelkan dan sinis di pasar.
Dia menyerukan Presiden Vladimir Putin untuk merespons seperti ancaman yang dia gagas.
"Amerika Serikat akhirnya perlu memahami bahwa tidak ada gunanya berkelahi dengan Rusia, termasuk dengan bantuan sanksi," katanya, seperti dikutip Telegraph, Jumat (10/8/2018).
Dia mengatakan, Rusia dapat secara khusus menghentikan ekspor mesin roket RD-180 ke Washington. Mesin itu menggerakkan tahap awal dari roket Atlas 5 yang dibuat oleh Boeing dan Lockheed Martin.
Para anggota parlemen di Washington pernah melarang impor mesin roket itu tahun 2014. Namun, larangan dicabut secara parsial karena peluncuran satelit militer dan mata-mata AS bergantung pada RD-180.
Sejak diperkenalkan pada tahun 2002, roket Atlas 5 telah membawa pesawat ruang angkasa X-37B yang jadi andalan Washington untuk misis penjelajahan permukaan Mars.
Pesawat ruang angkasa itu dijadwalkan untuk membawa astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional dalam penerbangan berawak pertama pada 2019 setelah beberapa kali mengalami penundaan.
Perusahaan produsen RD-180 milik negara Rusia mengatakan pada akhir bulan lalu bahwa mereka telah menandatangani kontrak untuk mengirim enam mesin lagi ke Amerika Serikat hingga 2020.
Sanksi baru AS akan berlaku akhir bulan ini dan dirancang untuk mencegah perusahaan negara Rusia untuk mengakses persenjataan, bantuan keuangan atau teknologi yang terkait dengan keamanan nasional AS.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan sanksi AS itu benar-benar ilegal dan sangat tidak dapat diterima jika dikaitkan dengan kasus Skripal. Menurutnya, Inggris mengabaikan seruan Rusia untuk penyelidikan bersama.
"Sekali lagi kami menyangkal dalam hal terkuat tuduhan tentang kemungkinan hubungan negara Rusia dengan apa yang terjadi di Salisbury," kata Peskov. “Ini tidak mungkin. Rusia tidak memiliki, dan tidak memiliki koneksi dengan penggunaan senjata kimia."
Perwakilan Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dmitry Polyansky, menyebut sanksi itu sebagai "teater yang absurd" dengan alasan bahwa Washington telah melewatkan pengumpulan bukti untuk menyalahkan semua yang ada di Rusia, tidak peduli seberapa absurdnya itu.
Credit sindonews.com