Maidan Shar, Afghanistan (CB) - "Situasi di Kota Ghazni
sangat mengerikan; di mana-mana orang menyaksikan kehancuran,
pembunuhan, pembakaran, asap dan pemboman," kata seorang Warga Ghazni
yang menyelamatkan diri, Abdul Ahmad ,26.
Ahmad --yang ketakutan dan menyelamatkan diri dari perang bersama keluarganya-- berbisik bahwa perang yang berkecamuk di Kota Ghazni telah melahap apa saja selama empat hari belakangan dan mengubah kota itu menjadi kota hantu.
Saat melukiskan kondisi kehidupan di Kota Ghazni, yang terkepung, laki-laki yang putus-asa tersebut mengeluh bahwa situasi bertambah parah dan petempur Taliban yang melancarkan serangan telah mengubah banyak gedung serta bangunan jadi debu.
"Saya telah melihat banyak mayat termasuk personel keamanan dan warga sipil yang tergeletak di rumah sakit Ghazni," kata Ahmad, yang gelisah, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam. Ia bahkan berbisik, "Rumah sakit Ghazni tak memiliki memiliki kemampuan untuk menerima dan memberikan perawatan medis buat orang yang cedera."
Saat berkendaraan menuju Ibu Kota Afghanistan, Kabul, Ahmad bergumam bahwa "orang yang beruntung" dapat menyelamatkan diri dari Kota Ghazni.
Petempur Taliban melancarkan serangan besar terhadap Kota Ghazni, Ibu Kota Provinsi Ghazni --yang memiliki kepentingan strategis dan terletak 125 kilometer di sebelah selatan Kabul pada Jumat pagi (10/8).
Serangan terbesar oleh Taliban sejak faksi santri itu merebut Kota kunduz di Afghanistan Selatan pada September 2015. Mereka menyelinap ke dalam Kota Ghazni dan telah membuat terkejut banyak orang serta melempar warga Ghazni ke dalam dilema.
Pasukan pemerintah, yang sibuk melancarkan serangan balasan, berusaha keras untuk mengusir gerilyawan tersebut dari kota yang dilanda pertempuran dan mengembalikan kondisi normal.
Gerilyawan Taliban, kata Juru Bicara milisi itu Zabihullah Majahid, sepenuhnya menguasai kota yang diporak-porandakan perang tersebut, dan mendesak warga agar mendukung Kekhalifahan, rejim garis keras Taliban --yang diusir pada penghujung 2001.
Perang yang berkecamuk di Kota Ghazni, kata beberapa warga lokal, pejabat dan rekaman video yang disiarkan oleh petempur Taliban di media sosial, telah merenggut banyak nyawa termasuk warga sipil, selain menghancurkan banyak lagi harta pemerintah dan pribadi selama empat hari belakangan.
Menurut warga setempat, pertempuran telah berlangsung terus di banyak bagian utama kota itu, sehingga memaksa banyak warga untuk berlindung di dalam rumah atau menyelamatkan diri dari kota tersebut ke tempat yang lebih aman.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Afghanistan Jenderal Tariq Shah Bahrami, yang berjanji akan mengalahkan petempur Taliban di Kota Ghazni, pada Senin (13/8) mengatakan 194 gerilyawan telah tewas dan pasukan keamanan akan mengalahkan gerilyawan untuk mengubah situasi dalam waktu 24 jam.
"Sejak serangan Taliban terhadap Kota Ghazni pada Jumat, semua jalan menuju kota tersebut telah ditutup dan tak seorang pun dapat menyelamatkan diri dari kota yang terkepung itu," kata seorang lagi warga yang melarikan diri, Azizullah (45), kepada Xinhua.
Saat mencapai Maidan Shahr, Ibu Kota Provinsi Wardak --yang bertetangga dengan Ghazni, Azizullah --yang kelelahan-- mengatakan ia sekarang dapat "menarik nafas lega" sebab ia keluar dari ajang pertempuran.
"Tak ada yang bisa dikomentari selama empat hari belakangan ini kecuali pembunuhan dan penghancuran dan tak ada aksi berani yang telah terlihat untuk mengusir Taliban dari kota itu," kata Azizullah.
Ahmad --yang ketakutan dan menyelamatkan diri dari perang bersama keluarganya-- berbisik bahwa perang yang berkecamuk di Kota Ghazni telah melahap apa saja selama empat hari belakangan dan mengubah kota itu menjadi kota hantu.
Saat melukiskan kondisi kehidupan di Kota Ghazni, yang terkepung, laki-laki yang putus-asa tersebut mengeluh bahwa situasi bertambah parah dan petempur Taliban yang melancarkan serangan telah mengubah banyak gedung serta bangunan jadi debu.
"Saya telah melihat banyak mayat termasuk personel keamanan dan warga sipil yang tergeletak di rumah sakit Ghazni," kata Ahmad, yang gelisah, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam. Ia bahkan berbisik, "Rumah sakit Ghazni tak memiliki memiliki kemampuan untuk menerima dan memberikan perawatan medis buat orang yang cedera."
Saat berkendaraan menuju Ibu Kota Afghanistan, Kabul, Ahmad bergumam bahwa "orang yang beruntung" dapat menyelamatkan diri dari Kota Ghazni.
Petempur Taliban melancarkan serangan besar terhadap Kota Ghazni, Ibu Kota Provinsi Ghazni --yang memiliki kepentingan strategis dan terletak 125 kilometer di sebelah selatan Kabul pada Jumat pagi (10/8).
Serangan terbesar oleh Taliban sejak faksi santri itu merebut Kota kunduz di Afghanistan Selatan pada September 2015. Mereka menyelinap ke dalam Kota Ghazni dan telah membuat terkejut banyak orang serta melempar warga Ghazni ke dalam dilema.
Pasukan pemerintah, yang sibuk melancarkan serangan balasan, berusaha keras untuk mengusir gerilyawan tersebut dari kota yang dilanda pertempuran dan mengembalikan kondisi normal.
Gerilyawan Taliban, kata Juru Bicara milisi itu Zabihullah Majahid, sepenuhnya menguasai kota yang diporak-porandakan perang tersebut, dan mendesak warga agar mendukung Kekhalifahan, rejim garis keras Taliban --yang diusir pada penghujung 2001.
Perang yang berkecamuk di Kota Ghazni, kata beberapa warga lokal, pejabat dan rekaman video yang disiarkan oleh petempur Taliban di media sosial, telah merenggut banyak nyawa termasuk warga sipil, selain menghancurkan banyak lagi harta pemerintah dan pribadi selama empat hari belakangan.
Menurut warga setempat, pertempuran telah berlangsung terus di banyak bagian utama kota itu, sehingga memaksa banyak warga untuk berlindung di dalam rumah atau menyelamatkan diri dari kota tersebut ke tempat yang lebih aman.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Afghanistan Jenderal Tariq Shah Bahrami, yang berjanji akan mengalahkan petempur Taliban di Kota Ghazni, pada Senin (13/8) mengatakan 194 gerilyawan telah tewas dan pasukan keamanan akan mengalahkan gerilyawan untuk mengubah situasi dalam waktu 24 jam.
"Sejak serangan Taliban terhadap Kota Ghazni pada Jumat, semua jalan menuju kota tersebut telah ditutup dan tak seorang pun dapat menyelamatkan diri dari kota yang terkepung itu," kata seorang lagi warga yang melarikan diri, Azizullah (45), kepada Xinhua.
Saat mencapai Maidan Shahr, Ibu Kota Provinsi Wardak --yang bertetangga dengan Ghazni, Azizullah --yang kelelahan-- mengatakan ia sekarang dapat "menarik nafas lega" sebab ia keluar dari ajang pertempuran.
"Tak ada yang bisa dikomentari selama empat hari belakangan ini kecuali pembunuhan dan penghancuran dan tak ada aksi berani yang telah terlihat untuk mengusir Taliban dari kota itu," kata Azizullah.
Credit antaranews.com