CB, Jakarta -
Pemerintah Cina wilayah utara menunda pembongkaran masjid agung pada
hari Sabtu, 11 Agustus 2018 setelah ribuan orang berunjuk rasa untuk
menghentikan pengrusakan itu.
Penundaan pembongkaran masjid diumumkan pejabat setempat dengan membacakan pemberitahuan pemerintah pada Sabtu siang.
Para demonstran memulai aksi menolak pembongkaran masjid di kota Weizhou di wilayah utara Ningxia sejak hari Kamis, 9 Agustus, bertepatan dengan batas waktu yang ditetapkan pemerintah setempat.
Pengunjuk rasa tak hanya umat Muslim sekitar masjid tapi mereka ada
yang tinggalnya beratus-ratus kilometer jauhnya dari lokasi unjuk rasa.
Jika masjid tidak dibongkar pada hari Jumat, maka pemerintah yang akan membongkarnya.
"Pemerintah mengatakan ini bangunan ilegal, tapi ini bukan. Sejarah masjid ini sudah ada sejak ratusan tahun," kata Ma, pemilik restoran di Weizhou, seperti dikutip dari South China Morning Post.
Sejumlah pengunjuk rasa juga mempertanyakan sulitnya jaringan Internet. Sehingga muncul kecurigaan jaringan Internet sengaja dibuat lamban agar peristiwa itu tidak tersebar ke luar.
"Mereka takut kami menyebarkan video," ujar seorang pria yang mengendarai sepeda motornya.
Menurut dokumen pemerintah Cina, masjid agung ini dibangun kembali dua tahun lalu, namun proses perizinannya tidak ditangani dengan baik. Sehingga komite penegakan disiplin kota mengeluarkan peringatan serius kepada sejumlah pejabat.
Dalam perjalanannya, fasad masjid diubah dari yang dulunya bergaya seperti kuil Budha, dan sekarang bangunan berdesain Arab.Mengetahui keputusan pemerintah Cina menunda pembongkaran masjid, para pengunjuk rasa lega dan membubarkan diri.
Penundaan pembongkaran masjid diumumkan pejabat setempat dengan membacakan pemberitahuan pemerintah pada Sabtu siang.
Para demonstran memulai aksi menolak pembongkaran masjid di kota Weizhou di wilayah utara Ningxia sejak hari Kamis, 9 Agustus, bertepatan dengan batas waktu yang ditetapkan pemerintah setempat.
Jika masjid tidak dibongkar pada hari Jumat, maka pemerintah yang akan membongkarnya.
"Pemerintah mengatakan ini bangunan ilegal, tapi ini bukan. Sejarah masjid ini sudah ada sejak ratusan tahun," kata Ma, pemilik restoran di Weizhou, seperti dikutip dari South China Morning Post.
Sejumlah pengunjuk rasa juga mempertanyakan sulitnya jaringan Internet. Sehingga muncul kecurigaan jaringan Internet sengaja dibuat lamban agar peristiwa itu tidak tersebar ke luar.
"Mereka takut kami menyebarkan video," ujar seorang pria yang mengendarai sepeda motornya.
Menurut dokumen pemerintah Cina, masjid agung ini dibangun kembali dua tahun lalu, namun proses perizinannya tidak ditangani dengan baik. Sehingga komite penegakan disiplin kota mengeluarkan peringatan serius kepada sejumlah pejabat.
Dalam perjalanannya, fasad masjid diubah dari yang dulunya bergaya seperti kuil Budha, dan sekarang bangunan berdesain Arab.Mengetahui keputusan pemerintah Cina menunda pembongkaran masjid, para pengunjuk rasa lega dan membubarkan diri.
Credit tempo.co