Kamis, 02 Agustus 2018

AS Ingin Bendung Pengaruh Cina di Asia Tenggara



Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo
Foto: Time

Pengaruh Cina di kawasan Asia Tenggara semakin besar lewat kemitraan ekonomi.




CB, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo membawa misi khusus dalam lawatannya ke Asia Tenggara. Ia hendak membendung pengaruh Cina di kawasan, khususnya dalam bidang perdagangan.

Saat berbicara di Kamar Dagang AS awal pekan ini, Pompeo mengatakan Presiden AS Donald Trump akan menentang upaya Cina mendominasi Indo-Pasifik melalui model "ekonomi kemitraan". Hal itu merupakan bagian dari rencana AS untuk menyediakan alternatif pinjaman selain yang ditawarkan Cina.

"Ke mana Amerika pergi, kami mencari kemitraan, bukan dominasi. AS tidak berinvestasi untuk pengaruh politik, melainkan praktik ekonomi kemitraan," kata Pompeo, dikutip laman Asian Correspondent.

Ia mengatakan AS menginginkan Asia yang bebas, terbuka, dan tidak didominasi oleh satu negara. Pernyataannya diduga menyinggung pengaruh Cina yang semakin besar di kawasan Asia, termasuk Asia Tenggara. "Dengan demikian, kita tidak pernah dan tidak akan pernah mencari dominasi di Indo-Pasifik, dan kami akan menentang negara mana pun yang melakukannya," ujarnya.

Pompeo pun telah mengumumkan 113 juta dolar AS dalam prakarsa, teknologi, energi, dan infrastruktur baru. "Dana ini hanya mewakili pembayaran uang muka pada era baru dalam komitmen ekonomi AS untuk perdamaian dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik," katanya.

Para pejabat AS mengatakan strategi AS tidak bertujuan untuk bersaing secara langsung dengan proyek Cina Belt and Road Initiative. Proyek pembangunan infrastruktur senilai 1 triliun dolar AS itu melibatkan puluhan negara, mencakup Asia, Afrika, dan Eropa. AS lebih condong untuk menawarkan alternatif yang lebih berkelanjutan dengan mendorong investasi di sektor swasta.

Selain dalam bidang perdagangan, lawatan Pompeo ke Malaysia, Singapura, dan Indonesia pekan ini, akan fokus membahas masalah keamanan maritim. Terkait hal itu, Pompeo akan membahas perihal sengketa Laut Cina Selatan.

Saat berpidato di Washington, Pompeo mengatakan AS menginginkan kawasan Indo-Pasifik bebas dan terbuka. "Ketika kami mengatakan 'bebas' Indo-Pasifik, itu berarti kami ingin semua bangsa dapat melindungi kedaulatan mereka dari paksaan oleh negara lain," ucapnya.

"Ketika kami mengatakan 'terbuka' di Indo-Pasifik, itu berarti kami ingin semua negara menikmati akses terbuka ke laut dan saluran udara. Kami ingin resolusi damai dari sengketa wilayah dan maritim," kata Pompeo menambahkan.

Tak hanya terkait Cina, dalam lawatannya Pompeo pun akan menekan negara-negara Asia Tenggara untuk mempertahankan sanksi terhadap Korea Utara (Korut). Hal itu akan ia tekankan saat menghadiri pertemuan tingkat menteri negara anggota ASEAN di Singapura pada Sabtu (4/8).

Pejabat-pejabat Korut dilaporkan akan turut hadir dalam pertemuan tersebut. "Kami berencana untuk menggunakan pertemuan itu untuk mengingatkan semua negara tentang kewajiban mereka dan kepatuhan resolusi Dewan Keamanan PBB," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, dikutip laman the Straits Times.

Citra satelit mata-mata AS baru-baru ini menunjukkan adanya kesibukan dan hilir mudik kendaraan di fasilitas Sanumdong. Satu foto di antaranya memperlihatkan sebuah truk dan trailer yang pernah mengangkut rudal balistik antarbenua (ICBM) yang diklaim Korut mampu menjangkau daratan AS. Namun, AS belum dapat memastikan apakah Korut sedang berupaya kembali mengembangkan ICBM-nya.

Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pihaknya berupaya untuk mengatur pertemuan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Pompeo. Pertemuan itu digelar ketika keduanya menghadiri pertemuang tingkat menteri ASEAN di Singapura.




Credit  republika.co.id