Kamis, 09 November 2017

Berbalas Pantun, Korut: AS Harus Usir Trump dari Tampuk Kekuasaan


Berbalas Pantun, Korut: AS Harus Usir Trump dari Tampuk Kekuasaan
Foto/Ilustrasi/Istimewa


PYONGYANG - Korea Utara (Korut) menanggapi pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Lewat media milik pemerintah, Pyongyang mengatakan Washington harus menggulingkan Trump dari kekuasaan untuk menghindari lubang dalam kiamat. Media yang dikelola Korut bahkan menyebut Trump sebagai orang tua gila .

Trump berada di China sebagai bagian dari 12 hari perjalanannya ke Asia. Ia diperkirakan akan meminta Presiden China Xi Jinping untuk berbuat lebih banyak guna menekan Korut untuk meninggalkan program senjata nuklirnya.

Dengan alasan bahwa dunia tidak dapat mentoleransi "rezim nakal" yang mengancam "kerusakan akbat nuklir," Trump meminta semua negara untuk meningkatkan tekanan ekonomi dan diplomatik terhadap Korut. Ia juga menuntut pemerintah Kim Jong-un melepaskan senjata nuklir.

"Saya harap saya berbicara tidak hanya untuk negara kita, tapi untuk semua negara beradab, ketika saya mengatakan ke Korea Utara: Jangan meremehkan kita, dan jangan coba kita," kata Trump kepada legislator Korea Selatan (Korsel).

"Kami tidak akan membiarkan kota-kota Amerika terancam kehancuran, kami tidak akan terintimidasi," sambungnya.



Sekretaris Negara Rex Tillerson mengatakan di masa lalu bahwa pemerintah tidak menyukai perubahan rezim dan mencari solusi diplomatik untuk menghentikan program senjata di Korut.

Namun pemimpin Korut, Kim Jong-un, melihat negara-negara seperti Irak, di mana mantan diktator Saddam Hussein digulingkan oleh . AS. Ia pun percaya bahwa satu-satunya cara bagi negaranya untuk memastikan bahwa rezimnya tetap berkuasa adalah melalui ambisi nuklir.

"Mengembangkan senjata nuklir yang mengancam AS adalah polis asuransi Jong-un agar tidak digulingkan oleh koalisi pimpinan AS," ucap Joo Seong-ha, seorang pembelot yang dipenjara di Korut sebelum melarikan diri ke Korsel, kepada USA Today.

"Program senjata nuklir adalah daya tawar paling kuat yang dimiliki Korea Utara," sambung Seong-ha.

Sementara mengatakan bahwa dia bersedia menggunakan kekuatan militer jika perlu, Trump juga mengatakan kepada wartawan saat berkunjung ke Seoul bahwa dia melihat kemajuan yang baik dengan harapan bahwa Korut akan "membuat kesepakatan" mengenai nuklir mereka. Namun Presiden Trump tidak menjelaskan secara rinci. 

"Korut adalah ancaman di seluruh dunia yang membutuhkan tindakan di seluruh dunia," kata Trump pada sebuah konferensi pers menyusul pertemuan dengan Presiden Korsel Moon Jae In.


Credit  sindonews.com


Trump pada Korut: Jangan Main-main dengan Kami


Trump pada Korut: Jangan Main-main dengan Kami
Dalam sebuah pidato saat berkunjung ke Korea Selatan (Korsel), Trump memperingatakan Korut untuk tidak macam-macam dengan AS. Foto/Reuters


SEOUL - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menebar ancaman terbaru kepada Korea Utara (Korut). Dalam sebuah pidato saat berkunjung ke Korea Selatan (Korsel), Trump memperingatakan Korut untuk tidak macam-macam dengan AS.

"Jangan meremehkan kami dan jangan pernah mencoba bermain-main dengan kami," kata Trump dalam pidatonya, seperti dilansir Reuters pada Rabu (8/11).

Pemimpin AS itu kemudian meningatkan kepada pemimpin Korut Kim Jong-un bahwa pengembangan senjata nuklir tidak akan membuat Korut semakin aman. Justru, lanjut Trump, hal ini akan mempercepat kehancuran Korut.

"Senjata nuklir yang Anda (Kim Jong-un) kembangkan tidak membuat Anda lebih aman, mereka juga membuat rezim Anda dalam bahaya besar," ungkap Trump.

Sebelumnya, Trump sempat mendesak Korut untuk "membuat kesepakatan" dengan AS. Trump mengatakan bahwa diplomasi bisa menjadi pilihan dalam menghadapi provokasi militer yang dilakukan oleh Korut. "Masuk akal bagi Korea Utara untuk datang ke meja perundingan dan membuat kesepakatan yang baik untuk rakyat Korea Utara dan dunia," kata Trump.

Sementara itu, menyambut kunjungan Trump ke Korsel, Korut menegaskan kembali tekad mereka untuk memperkuat persenjataan nuklirnya dan menentang AS serta sekutu-sekutunya.  




Credit  sindonews.com