TIHANGE – Belgia memutuskan untuk
mengaktifkan kembali sebuah reaktor nuklir tua miliknya yang terletak di
Tihange. Reaktor nuklir itu diketahui tidak aktif selama dua tahun.
Tindakan ini pun langsung membuat negara tetangga mereka, Jerman, marah.
Negeri Panser takut reaktor nuklir tersebut akan mengalami kebocoran seperti di Fukushima, Jepang, mengingat usianya yang sudah mencapai 22 tahun. Perusahaan listrik milik Belgia, Electrabel, membantah ketakutan Jerman itu. Menurut Electrabel, rektor nuklir tersebut sepenuhnya aman untuk dihidupkan kembali.
Sebagaimana dilaporkan The Guardian, Rabu (16/12/2015), Belgia mengalami serangkaian kecelakaan terkait reaktor nuklir miliknya dalam beberapa tahun terakhir. Tiga dari tujuh reaktor nuklir Belgia ditutup karena ditemukan retakan kecil di casing reaktor dalam beberapa kasus. Namun, otoritas Belgia pada November 2015 mengizinkan Tihange 2 beroperasi kembali setelah ditutup selama dua tahun hingga berakhirnya masa operasi mereka pada 2023.
Ketakutan Jerman, terutama Negara Bagian Westphalia, cukup beralasan. Empat dari 10 kota besar Jerman yakni Koln, Dusseldorf, Dortmund, dan Essen berada di negara bagian tersebut serta hanya berjarak sekira 200 kilometer (km) dari Tihange. Bahkan, Kota Aachen yang berjarak 60 km sudah mengajukan tuntutan hukum untuk mencegah pengaktifan kembali reaktor nuklir tersebut. Namun, tuntutan itu gagal.
Salah satu petinggi Westphalia, Garrelt Duin, menyebut tindakan Belgia itu tidak bertanggung jawab. Jerman menghapuskan setahap demi setahap program energi nuklir mereka setelah peristiwa bocornya reaktor nuklir Jepang di Fukushima pada 2011. Belgia juga sempat mengikuti langkah tetangganya tersebut. Namun, kekurangan pembangkit energi alternatif membuat mereka mengaktifkan kembali reaktor nuklir.
Negeri Panser takut reaktor nuklir tersebut akan mengalami kebocoran seperti di Fukushima, Jepang, mengingat usianya yang sudah mencapai 22 tahun. Perusahaan listrik milik Belgia, Electrabel, membantah ketakutan Jerman itu. Menurut Electrabel, rektor nuklir tersebut sepenuhnya aman untuk dihidupkan kembali.
Sebagaimana dilaporkan The Guardian, Rabu (16/12/2015), Belgia mengalami serangkaian kecelakaan terkait reaktor nuklir miliknya dalam beberapa tahun terakhir. Tiga dari tujuh reaktor nuklir Belgia ditutup karena ditemukan retakan kecil di casing reaktor dalam beberapa kasus. Namun, otoritas Belgia pada November 2015 mengizinkan Tihange 2 beroperasi kembali setelah ditutup selama dua tahun hingga berakhirnya masa operasi mereka pada 2023.
Ketakutan Jerman, terutama Negara Bagian Westphalia, cukup beralasan. Empat dari 10 kota besar Jerman yakni Koln, Dusseldorf, Dortmund, dan Essen berada di negara bagian tersebut serta hanya berjarak sekira 200 kilometer (km) dari Tihange. Bahkan, Kota Aachen yang berjarak 60 km sudah mengajukan tuntutan hukum untuk mencegah pengaktifan kembali reaktor nuklir tersebut. Namun, tuntutan itu gagal.
Salah satu petinggi Westphalia, Garrelt Duin, menyebut tindakan Belgia itu tidak bertanggung jawab. Jerman menghapuskan setahap demi setahap program energi nuklir mereka setelah peristiwa bocornya reaktor nuklir Jepang di Fukushima pada 2011. Belgia juga sempat mengikuti langkah tetangganya tersebut. Namun, kekurangan pembangkit energi alternatif membuat mereka mengaktifkan kembali reaktor nuklir.
Credit Okezone