Jumat, 29 Mei 2015

Thailand Izinkan AS Lakukan Penerbangan Pengintaian

Tujuannya untuk mencari tahu sisa keberadaan pengungsi Rohingya.

Thailand Izinkan AS Lakukan Penerbangan Pengintaian
Anak pengungsi Rohingya saat menunggu jatah makan di kamp pengungsian Aceh Timur (VIVA.co.id/Reuters)
 
  CB - Pemerintah Thailand akhirnya mengizinkan Amerika Serikat menerbangkan pesawat pengintai di teritori udara Negeri Gajah Putih itu untuk mencari lagi sisa perahu yang membawa imigran ilegal yang terapung-apung di Laut Andaman. Izin tersebut diberikan oleh Wakil Perdana Menteri Thailand pada hari ini.

Dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 29 Mei 2015 melansir, permintaan itu disampaikan oleh asisten Menteri Luar Negeri Negeri Paman Sam, Anne Richard di tengah kehadirannya dalam konferensi untuk mengatasi isu krisis kemanusiaan.

Biasanya, Angkatan Laut AS beroperasi di luar wilayah Subang, Malaysia dan informasi yang mereka peroleh dibagikan ke mitra regional.

Kendati telah diminta oleh AS beberapa hari sebelumnya, namun Thailand tak langsung memberi lampu hijau. Sejumlah media kemudian mengaitkan dengan ketegangan hubungan AS dan Thailand pasca terjadi kudeta militer pada tahun lalu. Alhasil, AS sempat menghentikan bantuan militer bagi AS.

Beberapa pejabat tinggi Thailand terdengar mulai jengkel dengan seruan AS untuk membantu pengungsi Rohingya. Dalam sebuah pertemuan darurat antara Indonesia, Malaysia dan Thailand, Negeri Gajah Putih memang menawarkan bantua kemanusiaan, tetapi tidak dalam bentuk penampungan.

Pemerintah Thailand beralasan telah menampung lebih dari 100 ribu pengungsi sebagian besar dari etnis kelompok Myanmar lainnya.

Kedutaan Besar Thailand di Washington pada Kamis kemarin menyebut AS memang telah menginformasikan mengenai kerja sama peneberbangan pemantauan. Pasti akan disambut dengan senang hati jika dilakukan sesuai operasi kendali Thailand.

Militer Thailand telah membuat pusat opearasi untuk melakukan pemantauan udara dan laut serta menyediakan bantuan kepada para imigran ilegal.

"Saya ingin menekankan bahwa Thailand belum menolak permintaan tersebut. Itu merupakan permintaan yang baik tetapi kami juga perlu mempertimbangkan keamanan nasional," kata Menlu Tanasak.

Sementara, kelompok advokasi yang berbasis di AS, Persatuan untuk Akhiri Genosida, menyerukan para peserta pertemuan di hari Jumat ini bisa menggambarkan ancaman genosida terhadap keluarga Rohingya yang kerap diserang oleh etnis dan kerap diperlakukan diskriminatif, membuat mereka kabur ke bagian barat Rohingya.


 Credit   VIVA.co.id