Rabu, 27 Mei 2015

Iran Incar Proyek Pembangkit Listrik dan Kilang di Indonesia


Iran Incar Proyek Pembangkit Listrik dan Kilang di Indonesia 
 Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menjawab pertanyaan wartawan usai menggelar rapat koordinasi dengan sejumlah menteri di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (2/2). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
 
 
Jakarta, CB -- Indonesia dan Iran telah menyepakati perjanjian pembangunan 48 pembangkit listrik (power plant) bertenaga air dengan skala kecil. Kedua negara saat ini tengah menjajaki kerjasama lanjutan usai masa sanksi nuklir Iran selesai.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Sofyan Djalil mengatakan pembangkit listrik tersebut akan dibangun di Indonesia oleh perusahaan asal Iran dalam kurun waktu lima tahun. Secara normatif, lanjutnya, hal itu menjawab kerjasama dengan Iran bertujuan mempercepat proyek infrastruktur dan energi yang dilakukan oleh Pemerintah.

"Mereka (Iran) hanya ingin membantu pemerintah Indonesia mempercepat pembangunan infrastruktur," kata Sofyan Djalil di kantornya Jakarta, Selasa (26/5) malam.

Sofyan sendiri berperan sebagai kepala delegasi Indonesia dalam perjanjian kerjasama antar Iran yang tergabung dalam Komite Bersama (Joint Economic Commission). Dalam pertemuan yang berlangsung akhir pekan lalu, kedua delegasi negara menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk kerjasama dalam bidang industri, investasi, perdagangan, dan jasa keuangan.

"Dari Iran, kita banyak butuh migas, petrochemical. Kita mengikuti joint commision untuk menjajaki kembali perdagangan dengan Iran. Apalagi kalau nanti Iran sudah selesai dari masalah sanksi," ujar Sofyan.


Diketahui Pemerintah Indonesia juga akan melakukan pembelian minyak secara langsung dari Iran, menyusul Tiongkok, Jepang, India dan Korea Selatan. Tahun lalu Iran dan Indonesia juga pernah menandatangani kerjasama untuk membangun kilang minyak mentah berkapasitas 300 ribu barel per hari.

Menurut sumber CNN Indonesia, proyek tersebut membtuhkan dana investasi sebesar US$ 3 miliar, di mana 70 persennya ditanggung pemerintah Indonesia, dan sisanya ditanggung oleh Iran.

Posisi dagang antara Iran dan Indonesia sendiri pada tahun lalu mencapai US$ 450 miliar, namun turun US$ 2 miliar akibat sanksi negara-negara barat pada tahun 2012. Perbankan dan jasa keuangan Iran menjadi sektor yang paling terpukul akibat sanksi tersebut.


Credit  CNN Indonesia