Rabu, 27 Mei 2015

Status Warisan Dunia dalam Arsip KAA Jadi Soft Diplomacy

Mustari Irawan (kiri) Melantik Rieke Dyah Pitaloka (kanan) sebagai Duta Arsip Indonesia (Foto: Dika/Okezone)
Mustari Irawan (kiri) Melantik Rieke Dyah Pitaloka (kanan) sebagai Duta Arsip Indonesia (Foto: Dika/Okezone)
JAKARTA  (CB) – Anggota DPR RI dari Partai Demokrasi Indonesia Rieke Dyah Pitaloka mengatakan, diakuinya arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok (GNB) untuk menjadi Memory of the World UNESCO dapat menjadi soft diplomacy bagi Indonesia. Diharapkan pengakuan dari badan PBB untuk kebudayaan tersebut dapat menumbuhkan dan menjalin kembali persahabatan di antara negara-negara anggota KAA.
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) diketahui telah menunjuk anggota DPR RI dari Partai demokrasi Indonesia Rieke Dyah Pitaloka untuk menjadi Duta Arsip. Pelantikan perempuan yang pernah berprofesi sebagi artis itu dilakukan di sela acara Seminar Internasional Arsip KAA dan Arsip GNB sebagai Memory of the World (warisan budaya dunia), di Jakarta.
Dalam pidatonya, Rieke mengibaratkan arsip bagaikan harta karun yang mempunyai nilai dan bermakna baik di untuk saat ini dan di masa depan. Dia merasa mendapat sebuah tanggung jawab besar.
“Terima kasih kepada arsip nasional yang berkenan memberikan penghargaan yang juga merupakan tanggung jawab besar. Saya mencintai arsip. Harta karun dalam bentuk sosialisasi yang terorganisir. Dokumen sejarah yang bermakna untuk masa kini dan di masa depan,” ujar Rieke ketika ditemui wartawan di Jakarta, Selasa (26/5/2015).
Sebagai Duta Arsip, perempuan yang akrab dengan peran Oneng dalam komedi Bajaj Bajuri ini menyatakan ada beberapa hal yang ingin dia capai.
Mensosialisasikan arsip di tengah modernitas saat ini menjadi tujuan pertamanya. Dia juga ingin mengembalikan arsip-arsip Indonesia yang hilang atau berada di luar negeri, dan untuk saat ini dia ingin mendukung arsip KAA dan GNB untuk menjadi Memory of the World UNESCO.


Credit  Okezone