Menyusul laporan pengiriman pasukan
dan senjata berat ke perbatasan Ukraina, Lithuania minta tekanan lebih
bagi Rusia. (Reuters/Stringer)
Minggu ini, Reuters melaporkan bahwa tentara Rusia dalam jumlah besar, ratusan persenjataan termasuk peluncur roket, tank dan artileri berada di pangkalan sementara dekat dengan perbatasan Ukraina.
Ditanya tentang laporan itu, Menteri Luar Negeri Lithuania Linas Linkevicius mengatakan bahwa hal tersebut benar, bahwa Moskow menggerakkan pasukan dan perangkat keras di sekitar Donetsk, Mariupol dan di tempat lain.
"Kami prihatin tentang konsentrasi pasukan dalam jumlah besar ini," katanya dalam sebuah wawancara. "Kelompok-kelompok ini, separatis, dilengkapi lebih baik daripada beberapa tentara Eropa."
Linkevicius juga mengatakan sangat penting untuk menekan Rusia dengan sanksi-sanksi dan isolasi politik.
"Jika kita tidak melanjutkan tekanan kita, itu akan menjadi sinyal (bagi Rusia) untuk bertindak," kata dia. "Jika mereka tidak berhenti mendukung, menghentikan pengiriman senjata, termasuk senjata berat, tank, kita tidak bisa bicara tentang kemajuan, atau perubahan dalam kebijakan."
Lithuania, bekas republik Soviet, adalah anggota NATO dan Uni Eropa dan menjadi anggota tak tetap Dewan Keamanan PBB hingga akhir tahun ini.
Sebelumnya pada Mei, komandan militer NATO Jenderal Philip Breedlove mengatakan ia percaya separatis mengambil keuntungan dari gencatan senjata yang mulai berlaku sejak Februari untuk mempersenjatai diri kembali dan mempersiapkan serangan baru, namun ia tidak memberikan rincian.
Linkevicius menggemakan pernyataan Breedlove dan mengatakan kelompok separatis Ukraina yang didukung Rusia telah menggunakan jeda peperangan untuk mengatur barisan dan posisi, bukan untuk mengurangi ekskalasi.
Rusia, di lain pihak, berulang kali membantah bahwa militernya terlibat dalam konflik di Ukraina timur dan mendukung kelompok separatis yang melawan pemerintahan di Kiev.
Belum ada komentar dari Kementerian Pertahanan Rusia mengenai pergerakan pasukan dan persenjataan di timur Ukraina ini.
Credit CNN Indonesia