Sejak dua kecelakaan pesawat, Malaysia
Airlines terpuruk, memperburuk keuangan maskapai itu yang belum untung
sejak 2008. (Ilustrasi/Wikipedia)
Seperti diberitakan CNN, Selasa (26/5), yang mengutip pernyataan CEO Malaysia Airlines Christoph Mueller, perkirakan akan ada 6.000 dari 20 ribu karyawan yang akan dipecat.
Muncul isu bahkan jumlahnya akan mencapai 8.000 orang. Selain itu, Malaysia Airlines juga merekrut para pejabat senior baru agar sukses melalui masa transisi ini.
"Selain itu operasi masih akan berjalan seperti biasa," kata Mueller.
Citra maskapai asal Malaysia ini terpuruk akibat tragedi hilangnya pesawat MH370 pada Maret 2014 yang hingga kini belum ditemukan. Peristiwa ini diperparah dengan jatuhnya pesawat MH17 di Ukraina, diduga akibat ditembak jatuh kelompok separatis, pada Juli tahun lalu.
Dua peristiwa ini membuat keuangan Malaysia Airlines terpuruk. Sebelum insiden ini terjadi, maskapai ini memang telah krisis, bergantung pada bantuan pemerintah.
Perusahaan ini belum mendapatkan untung sejak tahun 2008. Dalam tiga tahun sebelum 2013, Malaysia Airlines telah merugi hingga US$1,3 miliar.
Malaysia Airlines saat ini diambilalih oleh lembaga keuangan Khazanah Nasional Berhad yang langsung menganggarkan US$1,8 miliar untuk perombakan maskapai itu.
Di antara perombakan yang dilakukan adalah memotong rute yang tidak menguntungkan, merekrut pejabat potensial, dan mengurangi jumlah karyawan yang dianggap berlebih.
Mueller, mantan CEO maskapai Aer Lingus yang ditunjuk memimpin Malaysia Airlines dianggap sukses membawa maskapai asal Irlandia itu melalui masa-masa krisis.
Dalam beberapa bulan terakhir, Malaysia Airlines menjual aset-asetnya, salah satunya adalah saham di perusahaan periwisata Malaysia, Abacus.
Belum ada komentar dari Khazanah Nasional terkait rencana pemecatan ribuan karyawan ini.
Credit CNN Indonesia