WASHINGTON (CB), SELASA
— Pentagon, Amerika Serikat, Selasa (26/5), mengatakan, nama sandi
berbau sektarian yang diumumkan milisi Syiah Irak untuk operasi merebut
kembali kota Sunni, Ramadi, tak banyak membantu. Dalam pandangan AS,
serangan penuh untuk merebut kembali Ramadi juga belum dimulai.
AS secara tegas telah menganjurkan Irak melangkah hati-hati dalam menggunakan milisi Syiah untuk membantu pasukan Irak merebut kembali kota Ramadi yang jatuh ke tangan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) seminggu lalu. Ini merupakan kemunduran militer terbesar di Baghdad dalam kurun waktu hampir setahun ini.
Ditanya tentang nama sandi berbau sektarian tersebut, juru bicara Pentagon AS, Kolonel Steve Warren, mengatakan, nama sandi tersebut tak cukup banyak membantu upaya perebutan kembali kota Ramadi. Warren menambahkan, kunci kemenangan adalah persatuan Irak yang bebas dari perpecahan sektarian.
Menteri Pertahanan AS Ash Carter, akhir pekan lalu, menyatakan, pasukan Irak tidak menunjukkan kemauan keras untuk melawan militan NIIS selama musim gugur di Ramadi. Pernyataan tersebut memicu reaksi dari Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi.
Selasa, Warren memperjelas pernyataannya. Menurut dia, jumlah pasukan Irak lebih banyak dibandingkan pasukan musuh, tetapi mereka memilih untuk mundur. Ia mencontohkan sejumlah masalah yang mendahului penarikan Irak dari Ramadi.
"Semangat mereka jatuh. Kepemimpinan mereka tidak maksimal. Mereka meyakini bahwa mereka tidak mendapat dukungan yang mereka butuhkan," kata Warren.
Kegagalan militer Irak untuk mempertahankan kota Ramadi memaksa pemerintah mengirim pasukan Iran yang didukung paramiliter Syiah untuk membantu merebut kembali kota Ramadi tersebut.
Milisi Syiah didukung sejumlah kecil kader dari pasukan pemerintah, Selasa, menyerang hingga beberapa kilometer dari sebuah universitas di tepi barat daya kota Ramadi. Warren menggambarkan hal itu sebagai operasi persiapan menjelang serangan yang sebenarnya.
Credit Kompas.com