Jumat, 10 April 2015

Senjata-senjata Terbaik AS Bakal Dikerahkan di Asia



Senjata senjata Terbaik AS Bakal Dikerahkan di Asia
Pentagon bersumpah untuk mengerahkan senjata-senjata terbaik milik AS di Asia. | (Reuters)
 
 
 
SEOUL  (CB) - Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) bersumpah akan mengerahkan senjata-senjata terbaik AS di Asia. Tujuannya, untuk melindungi sekutu AS dari berbagai ancaman, yang salah satunya ancaman nuklir dari Korea Utara (Korut).

Menurut Pentagon, persenjataan terbaik AS yang akan dikerahkan di Asia salah satunya pesawat pembom siluman dan unit perang cyber. ”Hal-hal terbaru dan terbaik (dari senjata) kami sedang dikerahkan, untuk wilayah ini yang jadi bagian dari dunia,” kata Kepala Pentagon, Ashton Carter, dalam kunjungannya ke Seoul, Korea Selatan (Korsel), Jumat (10/4/2015).

Carter sempat melakukan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Korsel, Han Min-koo terkait ancaman korut yang akan menembakkan rudal nuklir sebagai uji coba nuklir yang keempat.


AS tercatat memiliki hampir 30 ribu tentara yang secara permanen ditempatkan di Korse. Puluhan ribu tentara AS itu akan mengambil komando operasional dari kedua angkatan bersenjata (Korsel dan AS) jika konflik dengan Korut pecah.

Kedua Korea itu sampai saat ini secara teknis sejatinya masih berperang. Karena perang Korea 1950-1953 hanya berakhir dengan gencatan senjata, tanpa ada perjanjian damai.

Carter menjelaskan, pesawat pembom siluman AS yang akan dikerahkan di Asia adalah pesawat tempur F-35. Selain pesawat pembom dan unit perang cyber, AS seperti dikutip Reuters, juga memiliki sistem pertahanan rudal canggih bernama Terminal High Altitude Area Defence (THAAD).

Washington selama ini ingin menyebarkan sistem pertahanan rudal THAAD itu di Korsel untuk mengantisipasi serangan nuklir Korut. Tapi, dalam kunjungannya hari ini, Kepala Pentagon belum membahas soal rencana Washington itu.

China dan Rusia merupakan dua negara yang vokal menentang penyebaran sistem pertahanan rudal THAAD di kawasan Asia. Alasannya, hal itu justru akan merusak perdamaian dan stabilitas regional.



Credit  SINDOnews