Senin, 20 April 2015

Pertalite Jadi Tahap Awal untuk Hapus Ron88? Ini Penjelasan Pertamina


 
Kompas.com/Unoviana Kartika Ilustrasi SPBU di Jakarta

JAKARTA,CB – PT Pertamina (Persero) dalam waktu dekat akan meluncurkan produk bahan bakar minyak (BBM) varian baru bernama Pertalite. Varian itu memiliki kandungan oktan 90 (RON90).
Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) Agung Wicaksono mengatakan, sebagai varian baru, Pertamina sah-sah saja mengeluarkan Pertalite. Namun, dia menegaskan jika disebut bahwa Pertalite merupakan langkah bertahap dari Pertamina untuk mengalihkan RON88 menjadi RON92. Agung menegaskan hal tersebut tidak sesuai dengan rekomendasi tim.
“Kalau ditanya apakah Pertalite ini sudah sesuai rekomendasi tim atau belum, saya tegaskan tidak sesuai. Karena yang menjadi rekomendasi tim adalah penghapusan impor RON88. Kalau Pertamina menganggap Pertalite ini langkah menuju (rekomendasi) itu, silakan. Tapi ini bukan merupakan apa yang kita rekomendasikan,” kata Agung dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (19/4/2015).
Diakui Agung, dengan realitas kemampuan kilang Pertamina saat ini sangat sulit untuk memproduksi seluruhnya RON92, sesuai rekomendasi tim. Di sisi lain, upgrading pun perlu waktu. Agung menyadari perlu ada tahapan dari RON88 menjadi RON92.
“Tahapan perlu, tapi apakah tahapannya lewat RON90 dulu itu soal lain. RON88 yang diproduksi Pertamina dioptimalkan di sekitar kilang itu, karena kawasan itu membutuhkan. Tapi kalau Jakarta dan jalan tol yang sepenuhnya bisa RON92, ya kita dorong. Jadi bertahapnya bukan RON-nya, tapi wilayah (distribusinya),” kata dia.
Berbeda pendapat, VP Fuel Ritel PT Pertamina Muhammad Iskandar tetap berpendapat bahwa Pertalite yang rencananya rilis Mei 2015 ini bertujuan untuk memenuhi rekomendasi Tim Anti Mafia Migas, di samping memenuhi tuntutan dan rekomendasi dari dunia otomotif. Iskandar menjelaskan, kenyataannya kilang-kilang Pertamina saat ini hanya bisa memproduksi RON88.
Sebagai langkah menuju rekomendasi tim untuk menghapuskan RON88, pihak Pertamina melakukan blending, dan sementara ini baru dihasilkan produk optimum RON90. “Kita harus melihat potret kemampuan kilang kita. Apa harus menutup semua kilang (untuk memenuhi rekomendasi tim)? Kenyataannya kilang yang kita punya hanya bisa memproduksi RON88,” kata Iskandar.
Kilang-kilang tua Pertamina didesain untuk produk kelas berat, sehingga tidak cukup efisien untuk menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) beroktan tinggi. Iskandar mengatakan, sebenarnya sejak tahun 1980-1990, Pertamina punya inisiatif untuk melakukan upgrading dan pembangunan kilang. “Tapi selalu digagalkan terus,” kata dia.




Credit  KOMPAS.com